Home  /  Berita  /  Olahraga

Konflik Dualisme Tenis Meja 12 Tahun Tak Selesai, Ling Ling Agustin Minta Oegroseno dan Peter Layardi Jangan Bicara Kepentingan Atlet

Konflik Dualisme Tenis Meja 12 Tahun Tak Selesai, Ling Ling Agustin Minta Oegroseno dan Peter Layardi Jangan Bicara Kepentingan Atlet
Olymoian Ling Ling Agustin. (Dok. Pribadi)
Minggu, 24 September 2023 19:53 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Ternyata konflik dualisme organisasi tenis meja Indonesia sudah melewati 3 pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan 7 pelaksanaan SEA Games tak juga tuntas. Tidak hanya itu saja konflik dualisme berkepanjangan itu bukan hanya merusak tantanan pembinaan tenis meja di Tanah Air tetapi tidak juga mengubur masa depan atlet tenis meja Indonesia.

Tidak heran jika Olympian tenis meja Ling Ling Agustin mulai berteriak lantang. Sebagai anggota Komisi Atlet Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Ling Ling merasa bertanggungjawab memikirkan masa depan atlet tenis meja Indonesia. Apalagi, tenis meja yang merupakan salah satu cabang olahraga populer di Indonesia tidak lagi Mengibarkan Merah Putih di ajang event regional maupun internasional.

"Saya itu pelaku sekaligus saksi sejarah dimana Indonesia mampu menyapu bersih 7 medali emas yang diperebutkan untuk disumbangkan bagi Kontingen Indonesia pada SEA Games 1993 Singapura. Saat itu lah, kejayaan tenis meja Indonesia dimana PB PTMSI dipimpin Pak Ali Said SH. Sekarang tenis meja Indonesia semuanya sudah berantakan. Bukan hanya tatanan pembinaan tenis meja Tanah Air saja yang rusak tetapi impinan atlet-atlet tenis meja terkubur beberapa generasi," tegas Ling Ling Agustin di Jakarta, Sabtu (23/9/2023).

Secara terus terang, Ling Ling Agustin yang juga pemilik Klub Tenis Meja Cahaya Nusantara ini mengaku sedih melihat pembukaan Asian Games 2022 Hangzhou karena arllet tenis meja tidak memperkuat Kontingen Indonesia. Makanya, dia mengungkapkan keberadaan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Indonesia (PP PTMSI) pimpinan Oegroseno dan Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) pimpinan Peter Layardi tidak ada manfaatnya.

"Selama 12 tahun konflik dualisme tak kunjung selesai. Padahal, semuanya mengkliam dirinya paling mencintai tenis meja dan selalu memikirkan nasib atlet tenis meja Indonesia. Kenapa konflik tidak selesai? Ya itu, Pak Oegroseno yang memimpin PP PTMSI merasa paling berkuasa di ajang event internasional karena menjadi anggota ITTF (Federasi Tenis Meja Internasional) sementara Peter Layardi yang memimpin PB PTMSI merasa paling berhak di ajang PON karena didukung KONI Pusat, " jelasnya.

Harusnya, kata Ling Ling, baik Oegroseno maupun Peter Layardi yag mengaku sebagai pecinta tenis meja dan selalu berbicara kepentingan atlet harus legowo. Apalagi, sudah ada upaya yang dilakukan Menpora Dito Ariotedjo untuk menyelesaikan konflik dengan mempertemukan keduanya.

"Harusnya PP PTMSI pimpinan pak Oegroseno yang sudah banyak Pengprov PTMSI-nya yang mundur harusnya legowo. Begitu juga dengan PB PTMSI pimpinan Peter Layardi dengan memberikan kesempatan bagi figur lain memimpin. Kerusakan tatanan pembinaan tenis meja ini kan akibat masing-masing mempertahankan ego masing-masing," tandasnya.

Di eranya, Ling Ling Agustin merupakan salah satu atlet tenis meja andalan Indonesia. Dia bukan hanya mengoleksi 5 medali emas SEA Games. Tetapi, Lingling yang berpasangan dengan Rossy Syech Abubakar juga tercatat sebagai ganda terbaik Asia Tenggara dan masuk dalam 16 Besar Asia. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/