Indonesia Bertahan di Tengah Guncangan Ekonomi Dunia

JAKARTA - Saat sektor manufaktur negara-negara G20 dan ASEAN-6 tengah berada dalam tekanan, Indonesia menunjukkan prestasi yang berbeda. Dalam konferensi pers APBN KiTA yang diadakan pada hari Senin (24/7/2023), Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memberikan pemaparan tentang kondisi ini.

"Mayoritas negara yang dipantau, atau sebanyak 61,9%, saat ini mengalami kontraksi pada PMI manufaktur mereka, menunjukkan gejala penurunan ekonomi global yang semakin kuat," ungkap Sri Mulyani.

Kontraksi terjadi di negara-negara besar yang memegang peranan penting dalam perekonomian dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Italia, Brazil, Afrika Selatan, dan Singapura. "Kita harus mewaspadai pelemahan ini. Jika kecenderungan ini berlanjut, dapat mempengaruhi kondisi dan kinerja ekonomi global," papar Menteri Keuangan tersebut.

Di tengah kondisi ini, Indonesia, bersama Turki dan Meksiko, mencatatkan diri sebagai 14,3% dari negara-negara yang berhasil berada di zona ekspansi-akselerasi. Pada bulan Juni 2023, PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 52,5.

Namun, Sri Mulyani menekankan bahwa situasi ini bukan berarti Indonesia bisa berlindung dari dampak pelemahan ekonomi global. "Meski indikator ekonomi kita tampak positif, tanda-tanda infiltrasi pelemahan global mulai tampak pada beberapa indikator kita. Jadi, kita harus tetap berjaga-jaga," tutupnya. ***