Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
23 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
2
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
23 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
3
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
22 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
4
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
8 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
5
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
9 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
6
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
7 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Pendidikan

Nilai Tepat Kemenristek Digabung dengan Kemendikbud, Ini Alasan Prof Zainuddin Maliki

Nilai Tepat Kemenristek Digabung dengan Kemendikbud, Ini Alasan Prof Zainuddin Maliki
Anggota Komisi X DPR RI, Prof Zainuddin Maliki .
Rabu, 14 April 2021 20:58 WIB
Penulis: Azhari Nasution

JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI, Prof Zainuddin Maliki menilai tepat keputusan menggabungkan Kementerian Riset dan Teknologi dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pasalnya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki tradisi riset kuat berada di perguruan tinggi.

"Cukup tepat Kemenristek dilebur di Kemendikbud. SDM yang memiliki tradisi riset itu ad di perguruan tinggi. Begitu juga dengan berbagai instrumen riset dan pengembangan teknologinya," kata Zainuddin Maliki di Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Selama riset dan teknologi dipisahkan dari Kemendikbud, kata Zainuddin Mailiki, banyak persoalan dan masalah mendesak yang dihadapi oleh bangsa ini yang tidak mendapatkan sentuhan riset sebagaimana mestinya.

Sebagai contoh, dia menyebutkan masalah covid-19 yang mematikan dan membuat berbagai aspek kehidupan bangsa ini mengalami stagnasi. Akibatnya, vaksin harus impor dari negara lain yang menyerap devisa negara yang tidak kecil.

"Lemahnya riset khususnya di bidang sains dan teknologi medik menyebabkan kita harus mengeluarkan devisa negara yang tidak kecil untuk mendapatkan vaksin. Padahal, dengan adanya riset dipastikan akan bisa memproduksi vaksin sendiri," tegasnya.

Lebih jauh anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN menjelaskan tentang riset tsunami Aceh yang dilakukan Southampton University di Inggris. Saat itu, dia mengaku melihat langsung foto-foto hasil riset tentang karakteristik tanah di bawah laut pasca tsunami di Aceh yang disuguhkan di kampus tersebut.

"Saya sempat dibuat inferior karena Perguruan Tinggi kita sendiri belum satupun waktu itu yang melakukan hal serupa," akunya.

Menyadari pentingnya hal tersebut, Zainuddin juga mengungkapkan bahwa kebijakan itu pernah dilakukan Jederal (Purn), Syamsul Ma'arif saat menjabat sebagai Ketua Badan Nasitonal Penanggulangan Bencana (BNPB. Saat itu, Syamsul Ma'arif memberikan fasilitas riset terkait tsunami Aceh kepada sejumlah perguruan tinggi.

Oleh karena itu, katanya, dikembalikannya riset dan teknologi ke Kemendikbud diharapkan bisa membangkitkan kembali aktivitas riset dan pengembangan teknologi. "Hanya saja berhasil ata tidak riset itu sangat tergantung kepada faktor kepemimpinan. Makanya, Kemendikbud harus dipimpin figur yang memiliki tradisi, pengalaman dan wawasan kuat di bidang pengembangan ristek," tandasnya. ***

Kategori:Pendidikan
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/