Home  /  Berita  /  GoNews Group

Sesalkan Aksi Teror Kepada Ulama, HNW: Padahal Ulama Punya Peran Besar Pada Indonesia

Sesalkan Aksi Teror Kepada Ulama, HNW: Padahal Ulama Punya Peran Besar Pada Indonesia
Wakil ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid. (istimewa)
Sabtu, 17 Februari 2018 21:51 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Saat memberi Sosialisasi Empat Pilar pada warga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu, (17/2/2018), Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) menyesalkan kejadian-kejadian yang menimpa ulama, ustad, dan aktivitas masjid serta musholla beberapa hari terakhir ini.

Ia menuturkan, bahwa Brigade Persis dibunuh, masjid dirusak, musholla diserang, ada remaja masjid diteror dengan pisau.

"Ini ada juga upaya mengatur isi ceramah di masjid dan musholla oleh Bawaslu, saya merasa miris," ujar HNW di hadapan ratusan peserta sosialisasi.

Disesalkan lagi, mereka tidak mendapat empati dan simpati malah para ulama dan ummat Islam dituduh intoleran, radikal, dan terroris.

Tuduhan itu menurut HNW selain salah kaprah juga mengingkari fakta sejarah yang ada.

"Padahal ulama dan aktivis ormas serta partai Islam mempunyai peran yang besar dalam menghadirkan Pancasila, menyelamatkan NKRI, dan mengisi kemerdekaan," ujar HNW.

Dipaparkannya, ketika Pancasila 22 Juni 1945 disepakati, ada pihak yang merasa keberatan dengan Sila I. Menanggapi tuntutan tersebut tokoh-tokoh Islam yang tergabung dalam Panitia 9 yang berasal dari Muhammadiyah, NU, Syarekat Islam, dan kelompok Islam lainnya rela menghapus tujuh kata dalam Sila I Pancasila 22 Juni 2018.

"Sila I Pancasila sekarang masih menjelaskan ketauhidan agama Islam," paparnya.

"Tokoh Islam di Panitia 9 mendahulukan kepentingan bangsa," tambahnya.

Untuk itu, HNW mengajak para peserta, membayangkan bagaimana bila kemauan mereka ditolak oleh para ulama. "Jadi di sini menunjukan ulama kita sangat toleran," tegasnya.

Lebih lanjut HNW menceritakan, Indonesia sejak tahun 1946, karena ditekan oleh Belanda dengan berbagai cara membuat bangsa ini bentuk negaranya tidak lagi NKRI namun menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).

Hal demikian akhirnya disadari oleh politisi partai Islam, Masyumi, Muhammad Natsir di tahun 1950. Pada 13 April 1950, Natsir menyatakan Mosi Integral. Dalam mosi itu Natsir menyatakan RIS tidak sesuai dengan cita-cita 17 Agustus 1945.

Keinginan untuk kembali ke NKRI oleh Natsir lewat Mosi Integral itu didukung oleh Soekarno, Hatta, dan semua politisi. "Dari mosi integral tersebut akhirnya Indonesia  kembali ke NKRI. Dari sinilah tokoh Masyumi, partai Islam, berhasil menyelamatkan Indonesia," tegasnya.

Dari paparan di atas, HNW menyebut tak mungkin saat ini ulama anti-NKRI karena pendahulunya adalah penyelamat NKRI. "Ulama menyelamatkan NKRI," paparnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/