Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
19 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
19 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Sumatera Barat
18 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
8 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
5
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
8 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
6
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
7 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

Wabah Difteri Serang 95 Kabupaten/Kota di 20 Provinsi, Ini Penyebabnya

Wabah Difteri Serang 95 Kabupaten/Kota di 20 Provinsi, Ini Penyebabnya
Ilustrasi. (detik.com)
Sabtu, 09 Desember 2017 07:31 WIB
JAKARTA - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Subuh, mengatakan, menurut laporan yang diterima Kemenkes, hingga November 2017, wabah difteri sudah menyerang 95 kabupaten/kota di 20 provinsi di Indonesia.

''Saya baru saja perjalanan darat dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Tengah. Yang ditemukan adanya laporan difteri yang kriterianya belum diimunisasi sama sekali. Itu yang paling besar,'' kata Subuh, di Jakarta Pusat ditulis Selasa (5/12/2017) lalu.

Faktor kedua, sudah mendapatkan imunisasi tapi tidak lengkap. Faktor ketiga, terjadi padahal sudah imunisasi lengkap.

''Nah, inilah yang kita evaluasi. Apakah kualitasnya sudah benar, penyimpanan sudah benar, cara pemberian sudah benar. Ini harus dievaluasi,'' kata Subuh.

Difteri merupakan penyakit yang mudah menular. Padahal, penyakit yang gejalanya mirip ISPA ini bisa dicegah dengan imunisasi.

Subuh menerangkan imunisasi difteri termasuk imunisasi wajib yang sudah dilakukan sejak 30 tahun lalu. Seorang bayi berusia enam bulan harus sudah selesai imunisasi difteri. Lalu diulang saat SD.

Vaksin untuk imunisasi difteri ada 3 jenis, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan.

Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas-2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1 dosis vaksin Td.

Keberhasilan pencegahan difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95 persen. 

Mewabahnya penyakit difteri telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa oleh Kemenkes. Sudah lebih dari 400 kasus yang dilaporkan dengan korban meninggal mencapai puluhan orang.

Total kasus yang sudah dikonfirmasi kurang lebih ada 400 kasus. Tiga provinsi dengan kasus terbanyak adalah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Upaya Outbreak Response Immunization (ORI) atau pemberian vaksin di daerah terdampak pun sudah dilakukan.

Pencegahan difteri yang paling efektif adalah dengan imunisasi. Imunisasi difteri masuk kategori imunisasi wajib yang sudah diterapkan selama 30 tahun.

Di tahun 2016, Indonesia bahkan tercatat sebagai penyumbang angka kasus terbesar kedua setelah India.***

Editor:hasan b
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/