Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
17 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
2
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
9 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
3
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
5 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
4
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
5 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
5
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Nasional
5 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

DMSI Prediksi Harga Sawit Terus Melorot, Ini Penyebabnya

DMSI Prediksi Harga Sawit Terus Melorot, Ini Penyebabnya
Tandan buah segar sawit. (int)
Minggu, 03 Januari 2016 18:06 WIB
JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menyatakan industri sawit masih akan menghadapi tantangan berat tahun ini. ”Tantangan itu terutama dari segi harga,” kata Ketua Umum DMSI Derom Bangun, Minggu, 3 Januari 2016.

Derom menyatakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tahun ini tak akan lebih dari US$ 650 per metrik ton. Penyebabnya adalah harga minyak dunia yang terus merosot. “Harga minyak bumi sekarang kecenderungannya sudah di bawah US$ 35 per barel, maka harga bahan bakar lain akan ikut merosot,” tuturnya.

Ia menjelaskan, turunnya harga minyak bumi akan membuat negara maju mengurangi konsumsi biofuel. Dengan begitu, penyerapan minyak nabati untuk bahan bakar akan berkurang. Akibatnya, produksi minyak nabati, termasuk yang berasal dari sawit, rapeseed, biji bunga matahari, hingga kedelai, hanya akan terserap untuk kebutuhan pangan. Turunnya permintaan inilah yang diprediksi bakal menekan harga.

Bagaimanapun, Derom optimis secara umum industri minyak sawit nasional tetap bertahan. Alasannya, penggunaan biodiesel di Indonesia akan semakin besar bila program pencampuran biodiesel hingga 20 persen (B20) mulai dijalankan tahun depan. “Karena itu, pemerintah harus konsisten menerapkan program ini,” ujarnya.

Tantangan lain yang akan dihadapi industri sawit Indonesia adalah iklim. Cuaca panas akibat El Nino tahun lalu diprediksi akan berdampak menyusutnya volume buah sawit pada masa panen tahun ini. “Akibatnya, produksi CPO ada kemungkinan akan turun sekitar 500 ribu ton,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono. Meski, penurunan itu tak terlalu signifikan mengingat produksi CPO tahun lalu mencapai sekitar 33 juta ton.***

Editor:sanbas
Sumber:tempo.co
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/