Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
15 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Sumatera Barat
14 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
4 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
5
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
4 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
6
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
4 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

Rasulullah SAW Menganjurkan Umatnya Berdagang, Ini Alasannya

Rasulullah SAW Menganjurkan Umatnya Berdagang, Ini Alasannya
Ilustrasi kafilah dagang. (republika.co.id)
Jum'at, 19 Oktober 2018 08:46 WIB
NABI Muhammad SAW menganjurkan umatnya berdagang. ''Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rezeki,'' hadist riwayat Imam Ahmad. Dari Mu'az bin Jabal, Rasulullah SAW berkata, ''Sesungguhnya, sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan,'' hadist riwayat Baihaqi.

Dikutip dari republika.co.id, karena mengikuti anjuran tersebut, banyak sahabat Rasulullah SAW yang berprofesi sebagai pedagang. Makin meluas wilayah kekuasaan Islam, makin berkembang ranah perdagangan Muslimin. Perkembangan pesat terlihat di era Abbasiyah. Jika sebelumnya perdagangan masih dikuasai penganut Kristen, Yahudi dan Zoroaster, pada era Abbasiyah mereka digantikan para pedagang Muslim.

Philip K Hitti menuturkan, pada era tersebut para pedagang Muslim di bagian Timur telah menjelajah hingga Cina. Penjelajahan tersebut dimulai sejak khalifah kedua Dinasti Abbasiyyah, Al Manshur. Sutralah yang menjadi komoditas perdagangan tersebut.

''Sumber Arab paling awal yang menyinggung tentang hubungan maritim Arab dan Persia dengan India dan Cina berasal dari laporan perjalanan Sulayman Al Tajir dan para pedagang Muslim lainnya pada abad ketiga Hijriah,'' kata Hitti.

Sementara, di bagian Barat pedagang Muslim era Abbasiyah telah mencapai Maroko dan Spanyol. Laut Kaspia menjadi titik pertemuan dagang favorit. Para pedagang Muslim membawa kurma, gula, kapas dan kain wol, serta peralatan baja dan gelas. Mereka mengimpor barang dagangan, seperti rempah-rempah dan sutra dari Asia serta mengimpor gading dan kayu eboni dari Afrika. Bahkan, menurut Hiiti, 1.000 tahun sebelum de Lesseps, khalifah Harun telah lebih dulu mengemukakan gagasan penggalian kanal di sepanjang Istsmus di Suez.

Kala itu, pedagang merupakan seorang yang kaya raya. Di Siraf, misalnya, rumah seorang pedagang bisa bernilai lebih dari 10 ribu dinar. Bahkan, terdapat saudagar maritim yang rumahnya senilai empat juta dinar. Aktivitas perdagangan kala itu memang amat ramai.

Namun, kemajuan perdagangan itu hanya sejarah di masa lalu, yakni di masa kejayaan Islam. Semakin maju zaman, Muslimin justru mulai meninggalkan perdagangan. Lihatlah sekarang ini, perdagangan dunia justru dikuasai non-Muslim. Menurut catatan Organisai Kerjasama Islam (OKI), dalam buku Menuju Tata Baru Ekonomi Islamkegiatan perdagangan sesama negeri Muslim hanya 12 persen dari jumlah perdagangan negara-negara Islam.

Alhasil, banyak ekonomi negeri Muslimin yang jatuh. Muslim tertinggal dengan bangsa lain dalam segi kemajuan ekonomi. Padahal, banyak ayat Alquran yang membahas perdagangan. Rasulullah pun sangat menganjurkan berdagang. Menurut Pakar Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr Hendra Kholid, MA, sistem ekonomi syariah yang dipelajari modern kini telah ada sejak zaman Rasulullah. Jika menilik gaya bisnis Rasulullah, ialah sang bapak entrepreneur.

Menurut Ketua DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Agustianto dalam artikelnya, Muslimin saat ini perlu menengok bangsa Arab, terutama kaum Quraisy yang merupakan nenek moyang Rasulullah. Mereka mampu menjadi pemain global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri. Kemampuan tersebut pun digambarkan Allah dalan surah Quraisy.

Contoh yang paling dekat dengan kemampuan dagang yang dilukiskan Alquran saat ini, kata Agustianto, mungkin terdapat pada Singapura atau Hong Kong. Negeri tersebut amat miskin sumber daya alam, tetapi mampu menggerakkan dan mengontrol alur ekspor di regional Asia Tenggara dan Pasifik.

''Bagaimana dengan Indonesia yang luas salah satu provinsinya (Riau) 50 kali Singapura, dengan potensi ekspor dan sumber daya alam yang ribuan kali lipat? Mungkin, kita harus bercermin pada Alquran yang selama ini kita tinggalkan untuk urusan bisnis dan ekonomi,'' ujarnya.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/