Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
Olahraga
18 jam yang lalu
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
2
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
Olahraga
17 jam yang lalu
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
3
Pelatih Madura United Senang Strateginya Berjalan Baik
Olahraga
17 jam yang lalu
Pelatih Madura United Senang Strateginya Berjalan Baik
4
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
Sepakbola
17 jam yang lalu
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
5
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Olahraga
17 jam yang lalu
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
6
Dina Rubby, Mengenal Lebih Dekat Sosok Pedangdut yang Sedang Naik Daun
Umum
10 jam yang lalu
Dina Rubby, Mengenal Lebih Dekat Sosok Pedangdut yang Sedang Naik Daun
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

Media Massa di Daerah Masih 'Menyusu' ke Pemda

Media Massa di Daerah Masih Menyusu ke Pemda
Ratna Komala (2 dari kanan) dan Anton Prajasto (paling kiri).
Rabu, 19 Oktober 2016 20:24 WIB
JAKARTA - Dewan Pers telah merampungkan survei indeks  kemerdekaan pers (IKP) di Indonesia tahun 2015. Hasilnya, IKP Indonesia tahun 2015 berada pada angka 62,81 atau agak bebas.

Dari survei IKP yang dilakukan di 24 provinsi, terungkap bahwa selama tahun 2015, media massa di daerah masih 'menyusu' ke pemerintah daerah (Pemda).

''Media massa di daerah hidupnya sangat tergantung pada dana pemerintah daerah, baik berupa iklan, advertorial maupun kerja sama halaman,'' jelas Komisoner Dewan Pers Ratna Komala dalam konferensi pers Indeks Kemerdekaan Pers 2015, di Gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (19/10).

Dikatakan Ratna, aspek ekonomi lebih besar memberikan intervensi ke ruang-ruang redaksi dibandingkan aspek politik, hukum dan lain-lain.

''Aspek ekonomi ini akhirnya mempengaruhi keputusan-keputusan editorial media massa. Ini menjadi salah satu kendala khas media di daerah," kata Ratna.

Ketua Dewan Pers Yoseph Adi Prasetyo menegaskan, pihaknya akan mendorong asosiasi perusahaan media, baik televisi, cetak maupun elektronik untuk segera membenahi persoalan ini.

''Dewan Pers akan meminta seluruh asosiasi media untuk mendorong perusahaan media yang menjadi anggotanya membuat suatu kebijakan untuk menghindari pencemaran kebijakan ruang redaksi oleh hal-hal yang bersifat advertorial atau iklan,'' kata pria yang akrab disapa Stanley itu.

"Dewan Pers tidak bisa mengintervensi pemilik media, namun melalui aosiasi media, Dewan Pers bisa mendorong ruang redaksi bebas dari intervensi,'' sambungnya.

Sementara peneliti sekaligus penanggung jawab riset Indeks Kemerdekaan Pers 2015 Anton Prajasto, mengatakan, IKP Nasional 2015 pada posisi agak bebas, bukan berarti baik, tapi juga tidak buruk. ''Salah persoalan adalah masih buruknya akses sejumlah komunitas terhadap media dan informasi yang disampaikan media massa,'' ujarnya.

Dari segi kualitas, lanjut Anton, kemerdekaan pers masih dibayangi persoalan lemahnya kemandirian rapat redaksi dari intervensi pemilik media. ''Secara umum, tingkat kesejahteraan wartawan juga sangat rendah,'' tambah Anton.***

Editor:sanbas
Sumber:hukumonline.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/