Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Sepakbola
23 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
2
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Sepakbola
24 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
3
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
23 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
4
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Sumatera Barat
20 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
5
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
22 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
6
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
19 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

Din Minimi Bersedia Menyerah Bermula dari Makan Malam di Istana

Din Minimi Bersedia Menyerah Bermula dari Makan Malam di Istana
Juha Christensen. (konfrontasi.com)
Sabtu, 09 Januari 2016 07:25 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso yang mewakili pemerintah, bertemu dengan Din Minimi pemimpin kelompok bersenjata di Aceh. Di balik pertemuan itu, ada Juha Christensen, seorang warga negara Finlandia yang berpengalaman menjadi fasilitator perundingan damai Gerakan Aceh Merdeka dengan Republik Indonesia sehingga kedua pihak mengakhiri konflik pada tahun 2005 lalu.

Sutiyoso bertemu Din Minimi di kampnya di Aceh Timur, Aceh pada 28 Desember 2015 dan besoknya Din Minimi menyerahkan senjata. Kepada Tempo yang menghubunginya pada Jumat 8 Januari 2016, Juha Christensen mengatakan, ia selalu memonitor situasi Aceh dan masalah Din Minimi dan kelompoknya.

Juha Christensen mulai mengamati Din Minimi dan kelompoknya sejak dari awal pada tahun 2013. Pada Agustus 2015 lalu, ada acara peringatan 10 tahun memorandum kesepahaman Helsinki di Universitas Syah Kuala di Banda Aceh. “Saya melihat kasus itu seperti dead lock dan berpotensi membahayakan proses perdamaian Aceh,” kata Juha Christensen.

Pada Selasa 3 November 2015 lalu, Juha Christensen menghadiri acara makan malam di Istana Presiden di Jakarta. Di situ, Juha Christensen berdiskusi untuk pertama kali  dengan Sutiyoso. Diskusi melibatkan mereka berdua saja. Selanjutnya, Juha Christensen dan Sutiyoso  membikin janji untuk bertemu dan diskusi masalah Din Minimi di Aceh. “Tidak ada diskusi tentang masalah ini dengan pihak lain,” kata Juha Christensen.

Pada waktu acara kedua peringatan memorandum kesepahaman Helsinki di Banda Aceh pada 13-15 November 2015 lalu, Juha Christensen mulai menyiapkan pertemuan  antara Sutiyoso dengan Din Minimi dan kelompoknya. “Tidak ada orang lain yang tahu tentang operasi ini kecuali saya dan Pak Sutiyoso,” ungkap Juha Christensen.

Menurut Juha Christensen, memang sebelum itu ada inisiatif pihak lain yaitu lembaga swadaya masyarakat dan media untuk menghubungi Din Minimi. Tetapi, kata Juha, operasi dia tersendiri dan tidak ada hubungan dengan orang dan pihak lain. Sehingga, operasi itu berhasil membuat Din Minimi  dan kelompoknya turun dari persembunyiannya di gunung di Aceh Timur, dan menyerahkan senjatanya. Sutiyoso merangkul Din Minimi ketika ia hendak menyerahkan senjatanya.

Juha Christensen tiba di Indonesia dengan keluarganya untuk pertama kali pada tahun 1985 dan berlanjut sampai tahun 1990. Ketika itu, ia dan isterinya menjadi Dosen Luar Biasa di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Makassar. Dari situ, Juha tahu dengan baik Bahasa Indonesia dan adat-istiadat di Indonesia, dan bisa kerja dengan baik di semua sektor swasta maupun pemerintahan.***

Editor:sanbas
Sumber:tempo.co
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/