Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
19 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
16 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
3
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Nasional
15 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
4
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
15 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi

BI Berencana untuk Merestrukturisasi Rupiah dari Rp 1.000 Menjadi Rp 1, Ekonom: Berpotensi Picu Hiperinflasi

BI Berencana untuk Merestrukturisasi Rupiah dari Rp 1.000 Menjadi Rp 1, Ekonom: Berpotensi Picu Hiperinflasi
Selasa, 27 Juni 2023 22:53 WIB
JAKARTA – Bhima Yudhistira, seorang ekonom dan juga Direktur Eksekutif CELIOS, menyoroti berbagai manfaat yang mungkin didapatkan dari rencana restrukturisasi Rupiah yang disusun oleh Bank Indonesia. Restrukturisasi Rupiah dari Rp 1.000 menjadi Rp 1 dapat mempercepat proses transaksi keuangan dan menyederhanakan pelaporan keuangan.

Selain itu, restrukturisasi Rupiah dari Rp 1.000 menjadi Rp 1 juga berpotensi untuk menghindari kesalahan dalam penghitungan uang fisik akibat banyaknya nominal.

Namun, Bhima menekankan pentingnya membuat strategi sebelum restrukturisasi Rupiah benar-benar dilakukan.

“Jika BI ingin melakukan restrukturisasi Rupiah, seharusnya membuat rencana strategis terlebih dahulu agar masyarakat dan pelaku bisnis dapat mempersiapkan diri," kata Bhima kepada Liputan6.com sebagai dikutip GoSumbar.com dalam pernyataan tertulis pada hari Selasa (27/6/2023).

Menurut Bhima, restrukturisasi mungkin tidak tepat dilakukan dalam waktu dekat.

“Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan restrukturisasi adalah stabilitas inflasi harus dijaga. Idealnya, inflasi harus kembali ke level sebelum pandemi atau sekitar 3 persen. Lebih rendah dari itu akan lebih baik," jelasnya.

Namun, inflasi di Indonesia saat ini masih berada di sekitar 4 persen dan terancam oleh efek el nino yang berpotensi menaikkan tingkat inflasi.

“Ketidaksiapan dalam melakukan restrukturisasi saat tingkat inflasi masih tinggi dapat menimbulkan risiko hiperinflasi. Hal ini bisa dipicu oleh perubahan nominal uang akibat restrukturisasi yang mendorong pedagang untuk melakukan pembulatan harga ke atas," ujar Bhima.

"Sebagai contoh, harga barang yang sebelumnya Rp 9.200 tidak mungkin menjadi Rp 9,5 setelah restrukturisasi, melainkan sebagian besar harga akan dibulatkan menjadi Rp 10. Akibat pembulatan nominal baru ini, harga barang akan meningkat signifikan. Ini akan sulit dikendalikan oleh pemerintah dan BI. Dan akibatnya? Hiperinflasi yang akan menurunkan daya beli masyarakat," tutupnya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/