Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Sepakbola
22 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
2
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Sepakbola
22 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
3
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Sumatera Barat
19 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
4
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
22 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
5
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
21 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
6
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
18 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Bor Rig Minyak Kanada Melonjak, Harga Minyak Tergelincir, Arab Saudi Berencana Pangkas Produksi

Bor Rig Minyak Kanada Melonjak, Harga Minyak Tergelincir, Arab Saudi Berencana Pangkas Produksi
Minggu, 11 Juni 2023 19:45 WIB
NEWYORK – Harga minyak mentah meluncur ke bawah, disebabkan oleh peningkatan tajam jumlah rig pengeboran minyak aktif di Kanada. Meningkatnya jumlah rig ini menimbulkan kecemasan pasar akan meluapnya pasokan minyak mentah, meski Arab Saudi bertekad untuk mengurangi lebih banyak lagi produksinya.

"Lonjakan aktivitas pengeboran di Kanada menjadi isu utama yang menekan harga minyak," kata Vladimir Zernov, analis pasar minyak senior dari FX Empire Jumat atau Sabtu (10/6/2023 pagi WIB).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa minyak Baker Hughes, jumlah rig pengeboran minyak aktif di Kanada bertambah 34 unit dalam seminggu, total mencapai 85 unit. Sementara itu, Amerika Serikat hanya menambahkan satu unit, dengan total 556 unit rig pengeboran minyak aktif.

Di Alberta, Kanada, perusahaan minyak berupaya menghidupkan kembali operasional mereka setelah ditutup sementara pada awal Mei dengan kapasitas produksi sekitar 300.000 barel per hari. Penutupan ini akibat dampak kebakaran hutan di daerah tersebut.

Konsekuensi dari lonjakan aktivitas pengeboran ini terlihat pada penurunan harga minyak mentah berjangka. West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 1,12 dolar AS atau 1,57 persen, menjadi 70,17 dolar AS per barel. Sementara itu, Minyak Brent untuk pengiriman Agustus jatuh 1,17 dolar AS atau 1,54 persen, menetap di 74,79 dolar AS per barel.

"Dengan melihat tren ini, pasar cemas akan membanjirnya pasokan minyak mentah. Sehingga, pengumuman dari OPEC+ belum memberikan efek signifikan pada stabilitas pasar,'' kata Zernov.

OPEC+ sendiri baru saja mengumumkan pada 4 Juni lalu bahwa mereka akan memangkas produksi hingga 1,393 juta barel per hari hingga akhir tahun 2024. Arab Saudi, sebagai salah satu pemimpin OPEC+, juga mengungkapkan rencana untuk memangkas produksi tambahan sebesar 1 juta barel per hari pada Juli.

Meski upaya pemangkasan produksi ini cukup signifikan, pasar minyak mentah masih menanti respons yang lebih konkrit dari produsen minyak lainnya di tengah meluapnya pasokan. Harga minyak mentah yang tergelincir ini tentu berdampak pada dinamika perekonomian global, khususnya bagi negara-negara pengekspor dan pengimpor minyak. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ekonomi, Internasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/