Home  /  Berita  /  Ekonomi

AS dalam Ancaman Resesi, Indonesia Harus Baca Potensi Dampak Ini

AS dalam Ancaman Resesi, Indonesia Harus Baca Potensi Dampak Ini
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell berbicara selama konferensi pers di Washington DC Juli 2019 silam. (foto: ist./dok. afp via getty image)
Senin, 04 Juli 2022 19:44 WIB
JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kepada wartawan, Senin (4/7/2022), terdapat beberapa risiko yang harus dihadapi Indonesia terkait ancaman resesi AS.

Pertama, keluarnya modal asing. Kata Bhima dalam lansiran kompas yang dikutip GoNEWS.co, "Investor asing cenderung mengalihkan dana ke aset yang aman, memicu capital outflow di emerging market."

Baca Juga: PPKM Lanjut sampai Akhir Agustus 2021, Indonesia Diramal Bakal Resesi Lagi

Baca Juga: DPR: Jika Penyaluran Dana PEN Lambat, Dampak Resesi Sulit Ditanggulangi

Kedua, penyempitan likuiditas akibat terjadinya perebutan dana antara pemerintah dan bank. Bank yang mengejar pertumbuhan kredit, terganjal dengan naiknya suku bunga. Menurutnya, perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke SBN (surat berharga negara).

Ketiga, kenaikan suku bunga Fed rentan diikuti kenaikan tingkat suku bunga di negara berkembang. Sementara tidak semua konsumen dan pelaku usaha siap menghadapi kenaikan bunga pinjaman.

Baca Juga: Pemerintah Harus Memiliki Sense of Crisis Menghadapi Resesi Ekonomi Akibat Pandemi

Baca Juga: Senayan Bahas Resesi di 'Live IG'

"Imbasnya proyeksi permintaan konsumen rumah tangga bisa kembali menurun dan pelaku usaha akan terganggu rencana ekspansinya. Kredit perumahan dan kendaraan bermotor juga sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga," jelas Bhima.

Keempat, imported inflation atau inflasi akibat membengkaknya biaya impor bahan baku dan barang konsumsi. Situasi itu dipicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Baca Juga: Lebih Heroik Mengawal Stimulus di Tengah Pandemi dan Resesi

Baca Juga: Indonesia Resesi, 5 Juta Pengangguran Baru Bakal Lahir

"Beban biaya produksi terutama bagi perusahaan yang bahan bakunya bergantung pada impor dapat berisiko melemahkan PMI manufaktur," pungkasnya.

Sebelumnya, The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada 15 Juni. Forbes melansir, tindakan ini meningkatkan risiko kesalahan kebijakan: jika The Fed terlalu ketat dalam mencoba mengekang inflasi, hal itu dapat secara tidak sengaja memperlambat ekonomi sehingga menyebabkan resesi daripada pendaratan yang 'lunak'.

Baca Juga: 'Opung Menteri' Bilang, Resesi Bukan Akhir dari Segalanya

Baca Juga: DPR Optimis KPCPEN bisa Tekan Dampak Resesi

Ketua Fed Jerome Powell mengakui hal itu pada minggu berikutnya dalam kesaksian di hadapan Komite Perbankan Senat AS. Ketika ditanya apakah langkah The Fed dapat menyebabkan resesi, dia menjawab, "Ini sama sekali bukan hasil yang kami inginkan, tetapi itu pasti sebuah kemungkinan."***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Ekonomi, Nasional, Internasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/