Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
Sepakbola
24 jam yang lalu
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
2
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
Olahraga
24 jam yang lalu
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
3
Pemain Indonesia Siap Beradaptasi dengan Angin di Stadion Nimibutr
Olahraga
23 jam yang lalu
Pemain Indonesia Siap Beradaptasi dengan Angin di Stadion Nimibutr
4
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
Olahraga
23 jam yang lalu
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
5
Jepang Kalahkan Tiongkok untuk Merebut Posisi Teratas Grup B
Olahraga
21 jam yang lalu
Jepang Kalahkan Tiongkok untuk Merebut Posisi Teratas Grup B
6
All-4-One Kembali Hadir di Jakarta Dalam Tour Peringatan 30 Tahun
Umum
21 jam yang lalu
All-4-One Kembali Hadir di Jakarta Dalam Tour Peringatan 30 Tahun
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Komisi VII DPR RI Minta Pertamina Segera Bertindak Atasi Kelangkaan Solar

Komisi VII DPR RI Minta Pertamina Segera Bertindak Atasi Kelangkaan Solar
Ilustrasi SPBU yang kehabisan solar. (Foto: Bisnis Indonesia)
Jum'at, 18 Maret 2022 10:04 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Menyusul kabar terjadinya kelangkaan BBM jenis solar di beberapa wilayah di Sulawesi, Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, minta Pertamina segera ambil tindakan.

Pertamina menurutnya harus segera ambil tindakan dan jangan cuek mendengar kabar kelangkaan yang terjadi. Sebab, bila kondisi ini dibiarkan dapat menyebabkan terganggunya distribusi dan kegiatan ekonomi masyarakat.

"Meskipun harga BBM dunia sedang tinggi, menyusul meletusnya perang Rusia-Ukraina dan ditengarai subsidi solar yang diberikan Pemerintah tidak memadai, Pertamina harus tetap menyediakan dan mendistribusikan BBM jenis solar ini secara konsisten. Ini adalah tugas yang bersifat mandatori dari negara untuk dijalankan Pertamina," kata Mulyanto kepada GoNews.co, Jumat (18/3/2022).

Mulyanto menegaskan Pertamina jangan akal-akalan seperti kasus Premium sebelumnya, di mana diduga sengaja menahan distribusi solar bersubsidi untuk menekan kerugian lebih banyak lagi. Akibatnya BBM jenis ini langka di pasaran. Padahal sekarang masih bulan Maret, dimana alokasi solar bulanan masih dapat digeser antar bulan.

Menurut Mulyanto Pemerintah sudah membagi 3 jenis BBM yang disediakan dan didistribusikan oleh Pertamina, yakni BBM bersubsidi, BBM dalam penugasan dan BBM umum.

Untuk BBM bersubsidi solar B-30, selama tahun 2022, pemerintah mengalokasikan dua jenis subsidi. Pertama dari dana iuran kelapa sawit melalui BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) sebesar Rp35,41 triliun. Kemudian melalui dana APBN sebesar Rp 500 per liter untuk sejumlah 15 juta kiloliter solar.

"Itu adalah dana yang cukup besar. Kalau memang dirasakan tidak mencukupi, maka Pertamina dapat mengajukan perbaikan skema subsidi tersebut kepada Pemerintah dan DPR, melalui mekanisme APBN-Perubahan tahun 2022 tidak dengan cara yang merugikan masyarakat, seperti menahan-nahan distribusi solar di lapangan," terang politisi PKS ini.

Sebagai informasi, dilaporkan terjadi kelangkaan solar di Pare-Pare, Makasar, Tana Toraja, dll. Tidak adanya solar membuat sejumlah truk mogok akibat kehabisan BBM. Truk yang mogok di tengah jalan ini mulai terjadi setelah BBM jenis solar langka di SPBU, yang memaksa mereka membeli solar eceran. Kondisi ini sudah mulai dirasakan sejak satu bulan terakhir. Antrian truk yang ingin mengisi BBM pun terus terjadi di sejumlah SPBU di beberapa kota. Pertamina beralasan kelangkaan ini akibat permintaan solar sedang tinggi.***

Pertamina menurutnya harus segera ambil tindakan dan jangan cuek mendengar kabar kelangkaan yang terjadi. Sebab, bila kondisi ini dibiarkan dapat menyebabkan terganggunya distribusi dan kegiatan ekonomi masyarakat.

"Meskipun harga BBM dunia sedang tinggi, menyusul meletusnya perang Rusia-Ukraina dan ditengarai subsidi solar yang diberikan Pemerintah tidak memadai, Pertamina harus tetap menyediakan dan mendistribusikan BBM jenis solar ini secara konsisten. Ini adalah tugas yang bersifat mandatori dari negara untuk dijalankan Pertamina," kata Mulyanto kepada GoNews.co, Jumat (18/3/2022).

Mulyanto menegaskan Pertamina jangan akal-akalan seperti kasus Premium sebelumnya, di mana diduga sengaja menahan distribusi solar bersubsidi untuk menekan kerugian lebih banyak lagi. Akibatnya BBM jenis ini langka di pasaran. Padahal sekarang masih bulan Maret, dimana alokasi solar bulanan masih dapat digeser antar bulan.

Menurut Mulyanto Pemerintah sudah membagi 3 jenis BBM yang disediakan dan didistribusikan oleh Pertamina, yakni BBM bersubsidi, BBM dalam penugasan dan BBM umum.

Untuk BBM bersubsidi solar B-30, selama tahun 2022, pemerintah mengalokasikan dua jenis subsidi. Pertama dari dana iuran kelapa sawit melalui BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) sebesar Rp35,41 triliun. Kemudian melalui dana APBN sebesar Rp 500 per liter untuk sejumlah 15 juta kiloliter solar.

"Itu adalah dana yang cukup besar. Kalau memang dirasakan tidak mencukupi, maka Pertamina dapat mengajukan perbaikan skema subsidi tersebut kepada Pemerintah dan DPR, melalui mekanisme APBN-Perubahan tahun 2022 tidak dengan cara yang merugikan masyarakat, seperti menahan-nahan distribusi solar di lapangan," terang politisi PKS ini.

Sebagai informasi, dilaporkan terjadi kelangkaan solar di Pare-Pare, Makasar, Tana Toraja, dll. Tidak adanya solar membuat sejumlah truk mogok akibat kehabisan BBM. Truk yang mogok di tengah jalan ini mulai terjadi setelah BBM jenis solar langka di SPBU, yang memaksa mereka membeli solar eceran. Kondisi ini sudah mulai dirasakan sejak satu bulan terakhir. Antrian truk yang ingin mengisi BBM pun terus terjadi di sejumlah SPBU di beberapa kota. Pertamina beralasan kelangkaan ini akibat permintaan solar sedang tinggi.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/