Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Sepakbola
22 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
Olahraga
23 jam yang lalu
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
3
Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk Laga Lawan Irak dan Filipina
Sepakbola
23 jam yang lalu
Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk Laga Lawan Irak dan Filipina
4
Borneo FC Miliki Motivasi Tinggi Untuk Revans di Leg Kedua
Olahraga
22 jam yang lalu
Borneo FC Miliki Motivasi Tinggi Untuk Revans di Leg Kedua
5
Tak Enak dengan Bea Cukai, Enzy Storia Harap Ada Perbaikan Layanan Publik
Umum
17 jam yang lalu
Tak Enak dengan Bea Cukai, Enzy Storia Harap Ada Perbaikan Layanan Publik
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
22 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Olahraga

Mengusik Sejarah Buruk Tenis Meja Yang Semakin Panjang

Mengusik Sejarah Buruk Tenis Meja Yang Semakin Panjang
Singgih Yehezkhiel (kaos biru) saat bermain dengan Dyar tiga bersaudara (Ist)
Kamis, 03 Maret 2022 14:08 WIB
Penulis: Azhari Nasution

JAKARTA - Tak terasa sudah 11 tahun, organisasi tenis meja  terlilit tigalisme hingga dualisme kepengurusan. Tragis memang. Tidak ada yang mau mengalah dan selalu mengklaim paling sah. Baik itu Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) pimpinan Oegroseno yang diakui Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) maupun Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) pimpinan Pieter Layardi yang diakui KONI Pusat. 

Dampak dari dualisme itu paling dirasakan atlet tenis meja. Kini, kejayaan atlet tenis meja Indonesia menembus ajang Olimpiade hanya sebagai kenangan masa lalu. Belum ada pengganti Toni Meringgi yang tampil di Olimpiade Seoul 1988, Anton Suseno (Olimpiade Bercelona 1992 dan Olimpiade Athlanta 1996 dan Olimpiade Sydney 2000), Lingling Agustin (Olimpiade Barcelona 1992), Rossy Syech Abubakar (Olimpiade Barcelona 1992, Atlanta 1996 dan Sydney 2000) dan Ismu Harinto (Olimpiade Sydney 2000).

Yang ada sejarah buruk telah menghiasi perjalanan tenis meja Indonesia. Pada SEA Games Malaysia 2017 dan SEA Games Manila, Filipina 2019 tak tercantum nama atlet tenis meja memperkuat Kontingen Indonesia. Lebih menyedihkan lagi, tenis meja yang merupakan cabang olahraga resmi Olimpiade tidak dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua. 

Kondisi tenis meja yang boleh disebut mati suri tersebut mengusik hati salah seorang pecinta tenis meja, Singgih Yehezkiel. Ayah pecatur nasional putri, GMW Irene Kharisma Sukendar mencoba menyemarakkan kembali olahraga tenis meja dengan menggelar Liga Tenis Meja Indonesia. 

Tidak tanggung-tanggung, Singgih sebagai penanggung jawab Liga Tenis Meja Indonesia akan menggelarnya dalam 3 Seri. Pada Seri I akan digelar di Bandung, Jawa Barat, 3-5 Juni 2022. Kemudian Seri 2 di Jakarta dan Seri 3 sebagai penutup di Nusa Tenggara Barat (NTB). 

GoSumbar.com

"Saya tidak punya kepentingan apa-apa dan tidak memihak salah satu pihak. Sebagai pecinta tenis meja, saya hanya ingin olahraga tenis meja kembali populer seperti dulu lagi. Dan, saya ingin melihat atlet-atlet muda tenis meja kembali berkompetisi. Mengobati kerinduan mereka akan pertandingan berkualitas sekaligus mengobati kerinduan bagi pecinta tenis meja yang ingin melihat idolanya berlaga di Liga Tenis Meja Indonesia," kata Singgih Yehezkiel yang dihubungi Jumat (3/3/2022). 

Ketika disinggung soal adanya rencana Musyawarah Nasional (Munas) PTMSI dengan agenda utama pemilihan Ketua Umum PB PTMSI masa bhakti 2022-2026, Singgih yang pernah menjabat Direktur Sirkuit Laga Tenis Meja Utama (Silatama) 2001-2002 enggan memberikan komentar. Begitu juga tentang persyaratan wajib calon Ketua Umum PB PTMSI Masa Bakti 2022-2026 yakni pernah menjabat atau sedang menjabat sebagai Pengurus PB PTMSI atau Pengprov PTMSI se-Indonesia yang menutup peluang pihak-pihak luar. 

"Yang kita butuhkan itu sosok yang cinta olahraga tenis meja dan tidak punya kepentingan pribadi. Sosok itu bisa memajukan dan mengembalikan tenis meja seperti dulu lagi. Bisa kembali dipertandingkan pada PON dan juga atlet-atlet bisa mengikuti ajang single even maupun multi even seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade," tegasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/