Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Sepakbola
21 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
2
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
Umum
20 jam yang lalu
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
3
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
21 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
4
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Sumatera Barat
22 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
5
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
Umum
21 jam yang lalu
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
6
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Sumatera Barat
4 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Politik

Pengamat: Pilkada Saat Pandemi Tidak Berperikemanusiaan

Pengamat: Pilkada Saat Pandemi Tidak Berperikemanusiaan
Ilustrasi. (Net)
Jum'at, 11 September 2020 19:27 WIB

JAKARTA - Jelang gelaran pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah secara serentak pada Desember mendatang, kasus positi virus corona baru (Covid-19) belum menampakkan penurunan. Bahkan dalam beberapa hari belakangan, tambahan pasien positif terus menembus rekor tertinggi di angka 3 ribuan per hari.

Kondisi inilah yang perlu dipertimbangkan pemerintah dan penyelenggara Pemilu untuk mengevaluasi Pilkada yang akan digelar di 270 wilayah di Indonesia.

Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia (LAPI), Maksimus Ramses Lalongkoe, melihat kondisi Covid-19 saat ini, sudah tidak ada pilihan lain lagi selain menunda Pilkada 2020.

"Saya katakan, Pilkada sebaiknya ditunda karena bahaya covid mengancam masyarakat di tengah rendahnya ketaatan masyarakat mengikuti protokol kesehatan," kata Maksimus Ramses Lalongkoe seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (11/9).

Ia mengurai, wabah yang pertama kali muncul di Wuhan, China ini tak hanya meluluhlantakkan kesehatan masyarakat, melainkan juga segi ekonomi.

Hal ini makin parah dengan minimnya ingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga protokol kesehatan, baik menggunakan masker, mencuci tangan, hingga menghindari kerumunan massa.

"Saya melihat perkembangan persiapan Pilkada di berbagai daerah, enggak ada pakai masker, enggak ada protokol kesehatan. Apakah ini berperikemanusiaan? Tidak," tegasnya.

"Apalagi masih ada yang percaya Covid-19 tidak ada. Bahkan ada tokoh yang percaya ini (Covid-19) tidak ada. Sedangkan tokoh itu kan memiliki pengikut, ini kan berbahaya," sambungnya.

Oleh karena itu, wajar bila penyelenggara Pemilu untuk melakukan evaluasi dan menunda gelaran Pilkada. Soal waktu penundaan, ia meminta stakholder terkait untuk membahasnya secara serius demi kepentingan kemanusiaan.

"Sampai kapan (ditunda)? Komisi II bisa melakukan riset, sampai kapan agar Pilkada bisa dilangsungkan. Minimal sampai kondisi membaik, Covid-19 menurun. Akan bahaya kalau Pilkada dipaksakan," tandasnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Rmol.id
Kategori:Peristiwa, Pemerintahan, Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/