Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Sepakbola
22 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
2
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
Umum
21 jam yang lalu
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
3
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
21 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
4
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Sumatera Barat
22 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
5
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
Umum
21 jam yang lalu
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
6
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Sumatera Barat
4 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Nasional

MPR for Papua Harap Kemendagri tak Buru-Buru minta RUU Otsus Papua Disahkan

MPR for Papua Harap Kemendagri tak Buru-Buru minta RUU Otsus Papua Disahkan
Ketua MPR for Papua yang juga Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Yorrys Raweyai. (Foto: Ist./republika)
Jum'at, 28 Agustus 2020 14:18 WIB

JAKARTA – Ketua MPR for Papua yang juga Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Yorrys Raweyai menyatakan, Kementerian Dalam Negeri sebagai perwakilan pemerintah pusat tidak boleh terburu-buru dalam memberi tenggat waktu pengesahan Revisi UU Otonomi Khusus.

Hal itu mengemuka dalam pertemuan antara DPRP Papua, Pemerintah Daerah Provinsi Papua serta Forum Komunikasi dan Aspirasi Anggota DPR-DPD RI Daerah Pemilihan Papua dan Papua (MPR for Papua) di Jakarta, Kamis (27/8/2020) kemarin.

Baca Juga: Kemendagri Apresiasi Unjuk Rasa Otsus Papua oleh FMPI dan Dorong Pertemuan Lanjutan

Baca Juga: Pemerintah dan Legislator Papua soal Keamanan dan Pembangunan

Melalui siaran pers, Jumat (28/8/2020), Yorris menyatakan, UU Otonomi Khusus dengan segala poin di dalamnya, merupakan kebijakan afirmatif yang seharusnya mampu lebih leluasa memberi kesempatan bagi masyarakat Papua untuk menentukan arah kehidupan yang lebih baik.

Ie menegaskan, persoalan Papua bukan hanya soal pendanaan, tapi bagaimana kebijakan afirmatif itu dipahami secara sama dan tidak berbeda antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta segala perangkat legislasi di bawahnya.

"Atas dasar itu, logika bahwa revisi ini harus dikebut sebelum akhir tahun, adalah logika yang keliru," tandas Yorrys.

Seperti diketahui, UU Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 tengah direvisi lantaran penerimaan dana yang di atur dalam UU itu akan berakhir pada 2021. Aturan mengenai penerimaan dana tersebut tertuang dalam Pasal 34 huruf c.***


Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Pemerintahan, Politik, Nasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/