Home  /  Berita  /  Internasional

Prajurit TNI Bantu Evakuasi Korban Ledakan Dahsyat di Beirut

Prajurit TNI Bantu Evakuasi Korban Ledakan Dahsyat di Beirut
Asap mengepul dari lokasi ledakan dahsyat di Beirut. (okezone.com)
Rabu, 05 Agustus 2020 15:15 WIB
JAKARTA - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kontingen Garuda XXIII-N/United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL) turut membantu mengevakuasi para korban ledakan dahsyat di Kota Beirut, Lebanon. Ledakan yang terjadi Selasa (4/8) itu menewaskan lebih 100 orang.

Keikutsertaan prajurit TNI mengevakuasi para korban ledakan diungkapkan Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang.

''Anggota kita Satgas Hospital Level 2 telah berangkat dari Naquora untuk membantu penanganan akibat ledakan tersebut,'' kata Victor Hasudungan Simatupang saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (5/9).

''Mereka sudah meluncur ke Beirut untuk membantu evakuasi korban ledakan atas perintah UNIFIL,'' ujarnya.

Jumlah personel yang diterjunkan dari Unifil Hospital, antara lain, satu unit ambulans dari Hospital LV.1. Tim dipimpin oleh Kapten Ckm dr Doni Saputera, SpRad, satu anggota Serka Syehta dan satu orang sopir ambulans India CSGT Musthaq Bhat.

Sebelumnya dilaporkan, sebuah ledakan besar di dekat pusat Beirut telah menimbulkan goncangan ke penjuru ibu kota Lebanon itu. Ledakan menghancurkan kaca di rumah-rumah penduduk dan menyebabkan balkon apartemen runtuh, kata saksi mata dan sumber-sumber keamanan.

Ledakan terjadi di daerah pelabuhan kota itu. Lokasinya adalah tempat gudang-gudang yang menampung bahan peledak, kantor berita resmi Lebanon NNA dan dua sumber keamanan mengatakan.

Sumber keamanan ketiga mengatakan terdapat bahan kimia yang disimpan di daerah itu.

Rekaman ledakan yang beredar di publik melalui media sosial menunjukkan asap naik dari distrik pelabuhan yang diikuti oleh ledakan besar. Mereka yang merekam apa yang awalnya tampak seperti kobaran api besar kemudian dikejutkan oleh ledakan itu.

Tidak segera jelas apa yang menyebabkan kobaran api yang memicu ledakan atau jenis bahan peledak yang ada di gudang itu, dilansir dari Reuters

Lebih 100 Orang Tewas

Sementara Palang Merah Lebanon mengungkapkan jumlah korban tewas akibat ledakan dahsyat di Kota Beirut, telah lebih 100 orang dan lebih 4.000 lainnya menderita luka-luka.

Dikutip dari Okezone.com, tim penyelamat Lebanon pada Rabu (5/8/2020), masih menggali puing-puing bangunan untuk menemukan korban dari ledakan dahsyat yang mengguncang ibu kota Lebanon tersebut.

''Apa yang kita saksikan adalah bencana besar,'' kata kepala Palang Merah Lebanon George Kettani kepada media setempat sebagaimana dilansir BBC. ''Ada korban dan korban di mana-mana.''

''Lebih dari 100 orang kehilangan nyawa. Tim kami masih melakukan operasi pencarian dan penyelamatan di daerah sekitarnya,'' demikian disampaikan Palang Merah Lebanon dalam sebuah pernyataan pada Rabu.

Ledakan tersebut meluluhlantakkan sebagian Kota Beirut, dengan gelombang kejut yang dihasilkan menyebabkan kerusakan yang lebih luas, bahkan mencapai daerah pinggiran kota.

Presiden Michel Aoun mengatakan 2.750 ton amonium nitrat telah disimpan secara tidak aman di gudang selama enam tahun menjadi pemicu ledakan tersebut. Amonium nitrat dilaporkan telah diturunkan dari kapal yang disita di pelabuhan pada 2013, dan kemudian disimpan di gudang di sana.

Namun, sejauh ini belum ada pengumuman resmi mengenai penyebab ledakan, dengan pejabat mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk menemukan pemicu pasti bencana itu.

Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon mengatakan mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi ''hukuman maksimum'' yang mungkin dijatuhkan.

Presiden Aoun telah menjadwalkan pertemuan kabinet pada Rabu, dan mengatakan mendesak diumumkannya keadaan darurat selama dua pekan. Lebanon juga akan melangsungkan masa berkabung resmi selama tiga hari yang dimulai pada Rabu.

Dia juga mengumumkan bahwa pemerintah akan mengucurkan 100 miliar lira Lebanon dari dana darurat untuk mengatasi dampak ledakan.

Ledakan itu terjadi pada saat yang sensitif bagi Lebanon, dengan krisis ekonomi yang menghidupkan kembali perpecahan di saat negara itu juga berjuang menghadapi pandemi virus corona. Ketegangan juga tinggi menjelang putusan Jumat dalam persidangan atas pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri pada 2005.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Peristiwa, Internasional
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77