Home  /  Berita  /  Internasional

Pendeta Kristen Orthodoks Sebut Turki Jadikan Hagia Sophia Kembali Terhormat

Pendeta Kristen Orthodoks Sebut Turki Jadikan Hagia Sophia Kembali Terhormat
Umat Islam shalat Subuh berjamaah di Masjid Agung Hagia Sophia, Istanbul, Turki. (suara.com)
Rabu, 29 Juli 2020 05:37 WIB
ATHENA - Evangelos Papanikolaou mengatakan, jika orang-orang Turki tidak melindungi Hagia Sophia, bangunan itu sudah roboh sejak lama.

Dikutip dari Republika.co.id, Evangelos Papanikolaou merupakan seorang pendeta Kristen Orthodoks Yunani, Teolog, Misionaris dan Profesor di bidang Fisiologi. Dia juga seorang imam di Gereja Analipseos di Rafina dekat Athena, Yunani.

Dalam sebuah pidatonya, Papanikolaou mengingatkan, orang-orang Turki melindungi banyak gereja di Yunani dan tidak menutupnya.

''Siapa yang akan melindungi bangunan besar seperti Hagia Sopha? Orang-orang Turki melakukannya,'' katanya seperti dikutip Anadolu Agency (aa.com.tr).

Papanikolaou menambahkan, orang-orang Turki tidak pernah menutup gereja di Kreta. Ini sama sekali berbeda dengan apa yang dilakukan Yunani.

''Sebaliknya,  banyak biara dan gereja ditutup di Yunani atas perintah Raja Otto I,'' katanya, merujuk pada seorang pangeran Bavarian Katolik yang dinyatakan sebagai Raja Yunani pada tahun 1832.

Kala itu dinasti raja Othonas menolak untuk mengadopsi Ortodoksi. Mereka tetap menganggap kepercayaan Kristen Ortodoks tetap sebagai bidat di mata penduduk Yunani.

Papanikolaou mengatakan orang-orang dapat mempraktikkan agama mereka di bawah pemerintahan Turki di Yunani.

''Itulah sebabnya orang (Bizantium) mengatakan, 'Saya lebih suka melihat turban Turki daripada mitra Latin'. Saya ingin melihat tidak satu pun dari mereka, tetapi jika saya harus membuat keputusan, saya lebih suka Turki,'' katanya.

Ditegaskanya, ungkapan terkenal "Saya lebih suka melihat sorban Turki di tengah-tengah Kota (yaitu, Konstantinopel) daripada mitra Latin'', mencerminkan penderitaan umat Kristen Ortodoks di tangan umat Katolik setelah Skisma Besar Kekristenan pada 16 Juli 1054.

Papanikolaou melanjutkan dengan mengatakan bahwa banyak wisatawan mengunjungi Hagia Sophia dengan pakaian yang tidak pantas saat menjadi museum. Tetapi mulai sekarang mereka akan melepas sepatu mereka dan mengenakan gaun panjang dan jilbab sesuai dengan aturan pakaian di tempat ibadah.

''Bukannya itu tanda hormat ?'' dia bertanya secara retoris.

''Mungkin kita perlu menganggap ini bukan sebagai kutukan tetapi koreksi,'' katanya merujuk pada pemulihan status Hagia Sophia oleh Turki sebagai masjid.

Pada 24 Juli, shalat Jumat di Masjid Agung Hagia Sophia menandai tindakan ibadah pertama di sana dalam 86 tahun. Sekitar 350.000 Muslim ikut serta dalam shalat Jumat di dalam dan di luar masjid bersejarah di Istanbul, kota metropolis terbesar di Turki.

Pada 10 Juli, pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Keputusan ini membuka jalan untuk penggunaannya sebagai masjid.

Hagia Sophia menjadi gereja selama 916 tahun hingga penaklukkan Istanbul, dan sebuah masjid dari tahun 1453 hingga 1934 - hampir 500 tahun - dan yang terbaru sebagai museum selama 86 tahun.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Umum, Internasional
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77