Home  /  Berita  /  Politik

Pandemi Covid-19, Usaha Travel Haji dan Umrah Lumpuh

Pandemi Covid-19, Usaha Travel Haji dan Umrah Lumpuh
Ilustrasi. (net)
Rabu, 08 Juli 2020 14:00 WIB
JAKARTA - Pandemi virus korona jenis baru (Covid-19) tak sebatas membahayakan kesehatan, tetapi juga melumpuhkan sendi-sendi perekonomian. Dampak buruk itu salah satunya menimpa bisnis perjalanan (travel)haji dan umrah.

Kerajaan Arab Saudi Yang merupakan satu-satunya destinasi haji dan umrah belum membuka penerbangan internasional, sebab pandemi Covid-19 yang masih menjangkit kawasan tersebut.

Juga disebabkan belum adanya vaksin, obat, dan sarana-prasarana yang memadai untuk mengantisipasi dan menangani wabah tersebut secara intensif. Ijtihad Kerajaan Saudi tersebut dimaksudkan untuk mencegah masuknya pandemi ke dalam negaranya yang kini terus-menerus berjibaku melawan Covid-19.

Kebijakan itu juga menyebabkan pada tahun ini, ibadah haji diselenggarakan dengan sangat terbatas. Hanya warga Saudi dan warga asing di dalam negara Saudi saat ini yang dapat melaksanakan rukun Islam kelima tersebut.

Saat ini, tak sedikit travel umrah dan haji khusus yang gulung tikar, sementara lainnya berada dalam kondisi memprihatinkan. Sebab mereka tak memiliki pendapatan. Sebagian travel merumahkan bahkan memutus hubungan kerja karyawannya untuk menekan biaya operasional.

Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi mengatakan, pandemi Covid-19 telah membuat pengusaha travel umrah dan haji khusus mengalami masalah keuangan. Hal yang bisa dilakukan pemilik usaha travel saat ini adalah berdoa agar Allah SWT memberikan jalan keluar dan keringanan dari segala kesulitan ini.

Pandemi Covid-19, menurut dia, sangat mengganggu bisnis haji dan umrah. "Jika modal tidak kuat, travel-travel umrah dan haji khusus bisa bangkrut alias gulung tikar karena tidak ada jamaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci," kata CEO PT Patuna Mekar Jaya ini.

Di Patuna sendiri, ia mengungkapkan, meski tidak ada pemberangkatan umrah dan haji khusus, para karyawan masih bekerja. Beberapa hal yang masih bisa dikerjakan karyawan di antaranya merapikan database para jamaah dan alumni jamaah Patuna.

Selanjutnya, membuat paket untuk setahun ke depan tanpa harus booking dulu vendor-vendornya. Selain itu, pihaknya juga mulai merencanakan bisnis lain yang masih laku di pasaran, khususnya pasar lokal atau domestik.

Hal senada dikatakan anggota Dewan Penasihat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), Mahfudz Djaelani. Menurut dia, salah satu cara yang dapat dilakukan para pengusaha travel haji dan umrah dalam menghadapi masa sulit ini adalah mencoba membuka bisnis selain biro perjalanan.

"Mencari bisnis lain karena negara penerima umrah haji juga tengah berjuang menghadapi pandemi," ujar dia.

Dia juga mengakui, upaya 'membanting setir' dari agen perjalanan ke bisnis lain tidaklah mudah. Namun, upaya itu tetap harus dilakukan mengingat pandemi Covid-19 ini belum dapat dipastikan kapan bakal berakhir.

"Mereka harus membuka kegiatan-kegiatan lain, karena nasib korona ini masih tidak jelas kapan bisa pulih," ujarnya.

Suara keprihatinan juga disampaikan pemilik travel Taqwa Tours, Rafiq Jauhari. Ia mengatakan, lantaran tiadanya pemasukan, banyak travel umrah dan haji khusus yang bangkrut dan terpaksa merumahkan karyawan.

Rafiq yang juga pembimbing ibadah haji dan umrah ini mengatakan, walaupun sekarang ini beberapa tempat wisata, baik di dalam maupun luar negeri, sudah mulai dibuka, tetapi belum mampu menstabilkan kondisi perusahaan travel umrah dan haji khusus. "Wisata dakwah, wisata keagamaan rute ke Arab Saudi termasuk di antaranya haji dan umrah itu sampai sekarang belum dibuka dan belum tahu akan kapan dibuka," katanya.

Menurut dia, beredar informasi yang belum jelas sumbernya di grup Whatsapp travel-travel umrah bahwa ada kemungkinan Pemerintah Arab Saudi akan kembali membuka kegiatan ibadah umrah pada sekitar bulan ketiga tahun 1442 H. "Berarti sekitar bulan Rabiul Awal, itu kan artinya akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 itu kemungkinan dibuka," katanya.

Jika dihitung sejak awal ditutupnya kegiatan umrah oleh Pemerintah Saudi pada Februari 2020, lanjut Rafiq, artinya travel-travel umrah dan haji khusus di Indonesia telah vakum selama sekitar 10 bulan.

Vakum selama 10 bulan itu, menurut dia, membuat banyak travel tak mampu bertahan, apalagi yang modalnya tidak kuat. "Karena vakumnya itu lama sekali," katanya.

Karena itu, ujar dia, saat ini banyak travel yang terpaksa menutup kantornya lantaran tak kuat lagi membiayai operasional perusahaan.

Pihaknya menyarankan travel memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menjadi sumber penghasilan sementara. Hal itu dilakukan dengan melibatkan jaringan-jaringan yang dimiliki travel dalam kegiatan selain umrah. Karena semua sektor pariwisata konvensional dan religi tak bisa diandalkan lagi selama Saudi menutup penerbangan internasional.

Pengusaha travel memiliki tempat untuk ruang manasik atau seminar tentang haji umroh. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraan aneka kegiatan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan mencegah Covid-19. Dengan begitu, ruangan-ruangan tersebut menghasilkan uang. Tempat tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk penyelenggaraan majelis taklim secara terbatas.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Republika.co.id
Kategori:Peristiwa, Ekonomi, Pemerintahan
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77