Home  /  Berita  /  Olahraga

Satukan Potensi Demi Pertahankan Tradisi Medali Angkat Besi

Satukan Potensi Demi Pertahankan Tradisi Medali Angkat Besi
Eko Yuli Irawan (Jawa Pos)
Senin, 29 Juni 2020 17:49 WIB
Penulis: Azhari Nasution
KATA-KATA cabang olahraga priotas utama selalu diucapkan saat cabang angkat besi sukses menyumbangkan medali pada Olimpiade. Tak terasa sudah lima pelaksanaan Olimpiade belum terlihat fakta sebagai cabang prioritas utama.

Sejarah kejayaan angkat besi Indonesia itu dimulai dari lifter putri pada Olimpiade Athena 2000. Saat itu, Lisa Rumbewas (kelas 48kg) meraih perak, Sri Indriyani (48kg) meraih perunggu dan Winarni (kelas 53kg) dengan medali perunggu. Kemudian, Lisa yang turun di kelas 53kg meraih perak di Olimpiade Athena 2004 dan Olimpiade Beijing 2008.

Di Olimpiade Beijing 2008, Eko Yuli Irawan yang turun di kelas 56kg putra meraih perunggu dan Triyatno (kelas 62kg) juga meraih perunggu. Lalu di Olimpiade London 2012, Eko meraih perunggu kelas 62kg dan Triyatno meraih perak kelas 69kg putra. Kedua jagoan angkat besi ini tampil sebagai penyelamat muka Indonesia saat tak satupun medali disumbangkan cabang bulu tangkis

Konsistensi penyumbang medali itu kembali dipertahankan pada Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016. Malah, Eko yang tadinya meraih perunggu mampu meningkatkannya menjadi perak dan Sri Wahyuni yang turun 48kg putri merebut perak,

Catatan prestasi yang diukir tanpa fasilitas tempat Trainning Camp seperti halnya cabang olahraga bulutangkis yang memiliki Padepokan Bulutangkis Indonesia (PBI) itu sudah membuktikan betapa besarnya potensi olahraga angkat besi untuk bersaing di pesta olahraga akbar empat tahunan dunia. Bahkan, catatan itu juga telah menujukkan kinerja personil pengurus PB PABBSI cukup baik dalam pengelolaan Timnas Angkat Besi Indonesia.

Sayang jika potensi itu tidak diperbesar dengan mendirikan Padepokan Angkat Besi Indonesia (PABI) dengan segala fasilitasnya. Padahal, Ketua Umum PB PABBSI, Rosan P Roslani sebagai pengusaha dan Kemenpora punya program cabang olahraga prioritas.

Keberadaan padepokan ini sangat penting dalam memunculkan regenerasi pengganti Eko Yuli Irawan, Triyatno, dan Lisa Rumbewas. Apalagi, PB PABBSI memiliki personil yang tidak diragukan pengabdiannya seperti Wakil Ketua Umum PB PABBSI, Joko Pramono yang ikut andil dalam kejayaan bulutangkis Indonesia di Olimpiade.

Begitu juga dengan keeradan pelatih berkualitas seperti halnya Imron Rosadi, Dirdja Wihardja, Hadi Wihardja, Lukman, dan Yon Haryono, penemu Eko Yuli Irawan dan Triyatno yang kini masih bertahan di Pelatnas Timnas Angkat Besi Indonesia.

"PB PABBSI itu punya tim yang kuat jika bisa disatukan dalam membangun prestasi angkat besi. Ada pelatih berkualitas dan ada yang punya naluri untuk mencari atlet bertalenta meski secara otodidak. Kalau semua duduk bersama dalam satu visi, saya yakin angkat besi Indonesia akan jauh lebih baik ke depan," kata Sonny Kasiran, Kabid Organisasi PB PABBSI.

Apa yang diungkapkan Sonny Kasiran itu cukup beralasan. Pasalnya, Yon yang belajar secara otodidak sudah menemukan generasi pengganti Eko dan Triyatno seperti Rio Setiawan, Denni Kurniawan dan Jhoni Susanto.

"Jhony Susanto itu lifter yang punya talenta seperti Eko Yuli Irawan. Sayangnya, potensi Jhony Susanto yang sudah pernah menghuni pelanas tidak bisa dimaksimalkan. Saya tidak punya kemampuan menjadikan mereka karena memang tidak ada biaya. Yang lebih mengenaskan, Deni saja yang sudah 11 tahun menjalani latihan sampai sekarang tidak pernah mengikuti kejuaraan karena anggaran dari Kotamadya Metro memang tidak mencukupi," ujar pemilik Sasana Kota Metro (Komet) Lampung ini.

Nasib malang Deni ini sebenarnya tidak perlu terjadi bilamana PABBSI memiliki padepokan yang menampung lifter-lifter potensi. Apalagi, Kemenpora menyiapkan anggaran lebih bagi cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas utama. ***

Oleh : Azhari Nasution, wartawan Gonews.co Group

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/