Home  /  Berita  /  Politik

PPP: Kurang Perawatan, Bisa Saja jadi Penyebab Pesawat TNI di Riau Jatuh

PPP: Kurang Perawatan, Bisa Saja jadi Penyebab Pesawat TNI di Riau Jatuh
Sekjen PPP yang juga Anggota Komisi III DPR, Arsul Sani. (Istimewa)
Senin, 15 Juni 2020 12:40 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani angkat bicara terkait insiden jatuhnya pesawat milik TNI AU di Kampar, Riau, Senin (15/6/2020).

"Jatuhnya Pesawat TNI AU di Riau hari ini semakin menambah keyakinan kita, bahwa alutsista TNI bukan hanya memerlukan modernisasi dengan pengadaan yang baru, tetapi juga perlu perawatan dan overhaul terhadap alutsista yang ada," ujar Arsul Sani kepada GoNews.co di Jakarta.

Untuk itu, Poltisi PPP dari dapil Jawa Tengah ini menambahkan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan perlu meningkatkan lagi anggaran TNI, terutama untuk pengadaan alutsista.

"Kita akui, sejak Pak Prabowo menjabat Menhan, upaya peningkatan anggaran ini sudah terlihat. Namun anggaran tersebut belum cukup dan perlu diberikan ruang kenaikan anggaran yang lebih besar lagi," tandasnya

Selama lebih kurang 10 tahun, kenaikan anggaran pertahanan di Indonesia masih belum sejalan dengan modernisasi alat utama sistem persenjataan atau alutsista. Selain itu kata Arsul, minimnya akuntabilitas penggunaan anggaran juga harus dibenahi oleh Kementerian Pertahanan.

"Kurangnya perawatan bisa menjadi salah satu penyebab pesawat milik TNI Indonesia mengalami kecelakaan di Riau," pungkas Wakil Ketua MPR RI itu.

Adapun pesawat yang jatuh di Riau adalah jenis pesawat tempur jenis BAE Hawk 209 dengan pilot Lettu Pnb Apriyanto Ismail dari Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin (Rsn) Pekanbaru.

Jet tempur yang jatuh di Riau bernama Hawk 209, yang merupakan kode untuk pesawat Hawker-Siddeley Hawk tipe mk 200 yang diekspor khusus ke Indonesia.

Hawk sendiri merupakan pesawat jet latih (trainer) interim untuk pesawat jet generasi 4 seperti F-16 dan F-15. Pesawat berjenis Hawk ini memang menjadi pilihan TNI AU dan mulai diekspor sejak tahun 1997, setelah sempat memesan Hawk varian Mk 53 pada tahun 1980-an.

Sebelum kejadian di Riau, pesawat angkut berat C-130 Hercules dengan tail number A-1334 juga jatuh di Wamena, Papua.

Hercules yang jatuh terbilang tua, pabrikan tahun 1964. Namun, bukan berarti usia pesawat tersebut membuatnya tidak aman untuk diterbangkan.

Dari 24 unit pesawat Hercules yang dimiliki TNI, hanya 11 unit dalam kondisi siap terbang. Sementara, dari total 50 pesawat angkut yang dimiliki militer Indonesia, hanya 24 unit yang bisa terbang.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/