Home  /  Berita  /  Pendidikan

Siswanya Tak Punya Ponsel dan Televisi, Avan Mengajar dari Rumah ke Rumah

Siswanya Tak Punya Ponsel dan Televisi, Avan Mengajar dari Rumah ke Rumah
Avan Fathurrahma mengajar di rumah salah satu siswanya. (merdeka.com)
Senin, 20 April 2020 18:10 WIB
SUMENEP - Pemerintah memutuskan menutup semua sekolah sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran virus corona. Proses pembelajaran dialihkan ke sistem online (daring).

Untuk bisa mengikuti pembelajaran online, siswa harus memiliki gawai atau ponsel. Padahal di pedesaan, umumnya siswa di tidak memiliki ponsel, sehingga mereka tidak mungkin bisa mengikuti pembelajaran online.

Kondisi itulah yang terjadi dengan para siswa Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Beruntung mereka memiliki guru yang tetap mengusahakan agar anak didiknya tetap bisa belajar, meski pun berdiam di rumah. Guru tersebut bernama Avan Fathurrahma.

Dikutip dari merdeka.com, melalui akun Facebook pribadinya, Avan menceritakan perjuangannya saat harus tetap mengajar di tengah pandemi corona. Avan harus menyambangi rumah siswanya satu per satu, termasuk yang jarak tempuhnya jauh dari tempat tinggalnya.

Diceritakan Avan, setelah kebijakan belajar di rumah diberlakukan oleh Mendikbud, Avan kebingungan bagaimana menerapkan cara belajar online.

''Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jika pun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid,'' tulisnya.

Beberapa orang tua siswa mencoba mengusahakan mencari pinjaman uang guna membeli telepon pintar. Kemudian hal itu dilarang oleh Avan karena dinilainya sangat membebani wali murid.

''Karena mendengar kabar bahwa rata-rata, anak-anak harus belajar dari hp cerdas. Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya,'' imbuhnya.

Avan juga mengimbau murid belajar di rumah menggunakan buku-buku pelajaran yang telah dipinjamkan pihak sekolah.

''Saya memberikan pemahaman bahwa belajar di rumah, tidak harus lewat HP. Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjam dari sekolah,'' tambah Avan.

Berkeliling ke Rumah Siswa

Akhirnya, Avan memutuskan berkeliling ke rumah siswa yang jaraknya tidak saling berdekatan. Proses pembelajaran keliling tersebut dilakukannya tiga kali dalam seminggu.

''Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari. Saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Medan yang saya tempuh juga lumayan jauh. Selain jarak antar rumah siswa memang jauh, jalan menuju ke masing-masing rumah siswa bisa dibilang kurang bagus. Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke rumah siswa,'' ucapnya.

Orangtua Tak Bisa Dampingi

Avan juga sadar, cara yang dilakukan ini juga melanggar kebijakan pemerintah tentang keharusan untuk berdiam diri di rumah. Namun membiarkan para muridnya belajar tanpa pengawasan membuat hati Avan tidak nyaman.

''Saya sadar ini melanggar imbauan pemerintah agar tetap bekerja dari rumah. Tapi mau gimana lagi? Membiarkan siswa belajar sendiri di rumah tanpa saya pantau, jelas saya kurang sreg. Bukan tidak percaya pada orangtua mereka. Tapi saya tahu, bahwa sekarang mereka sibuk. Ini masa panen padi,'' jelasnya.

Apa lagi, para wali murid tidak selalu bisa mendampingi anak-anaknya belajar. Wali murid tersebut harus bekerja di ladang atau memanen pagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

''Setiap hari orang tua siswa itu harus bekerja ke sawah. Ikut gotong-royong panen padi dari tetangga yang satu ke tetangga yang lain. Kebiasaan ini mereka bilang ''otosan''. Jadi anak-anak harus belajar sendiri. Malam, mereka ke langgar. Maka sayalah yang harus hadir untuk mendampingi mereka begiliran meski sebentar,'' ungkapnya.

Tak Semua Punya TV

Adanya program edukasi di salah satu saluran televisi nasional yang menyediakan pembelajaran di rumah, juga tidak bisa dimanfaatkan anak didik Avan. Sebab, sebagian besar muridnya tidak ada televisi di rumahnya.

''Saat TVRI menyediakan tayangan edukasi untuk siswa, saya sedikit lega. Kemudian dengan penuh semangat, saya menjelaskan pada siswa dan orang tuanya untuk mengikuti pelajaran di TVRI itu. Ini akan membantu, pikir saya. Tapi, lagi-lagi saya harus menelan ludah. 3 dari 5 siswa saya tidak punya televisi di rumahnya,'' terangnya.

Merasa Bukan Guru yang Baik

Mendatangi rumah-rumah siswanya untuk mengajar membuat Avan merasa dirinya bukanlah guru yang baik. Apa lagi menurutunya saat ini dirinya melanggar beberapa kebijakan pemerintah.

Namun Avan pun ingin semuanya bisa berjalan dengan baik, tidak ada kesenjangan dalam menerima pendidikan atau pelajaran.

''Saya harus melanggar imbauan pemerintah. Jadi jelas, saya belum menjadi guru yang baik. Tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa karena melanggar imbauan pemerintah. Saya bukan tidak takut corona. Takut juga. Tapi gimana lagi?'' ungkap Avan.

Unggahan Avan pada akun Facebook pribadinya pada Kamis (16/4) tersebut mendapatkan respons dari ribuan warganet. Unggahan tersebut sudah mendapat 5 ribu komentar dukungan bagi Avan dan 10 ribu kali dibagikan.

''Sehat terus pejuang pendidikan, tidak ada yang bisa membalas hanya Allah yang mampu. Terima kasih banyak pak guru, semoga menjadi contoh untuk yang lainnya :')," komentar salah satu warganet yang bernama Ressy Anggraeni. ***

Editor:hasan b
Sumber:merdeka.com
Kategori:Pendidikan, Nasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/