Home  /  Berita  /  Lingkungan

Ketiadaan Medan Nan Balinduang, Jadi Perbincangan Hangat pada Diskusi Forwako dengan Seniman Bukittinggi

Ketiadaan Medan Nan Balinduang, Jadi Perbincangan Hangat pada Diskusi Forwako dengan Seniman Bukittinggi
Forwako menggelar diskusi publik perdananya dengan tema " Peran Seniman Bagi Masa Depan Bukittinggi Sebagai Kota Wisata" di Cafe Laku, Bukittinggi, Sabtu 14 Maret 2020, sekira pukul 20.00 WIB.
Minggu, 15 Maret 2020 17:50 WIB
Penulis: Jontra
BUKITTINGGI - Forum Warga Kota, (Forwako) menggelar diskusi publik perdananya dengan tema " Peran Seniman Bagi Masa Depan Bukittinggi Sebagai Kota Wisata" di Cafe Laku, Bukittinggi, Sabtu 14 Maret 2020, sekira pukul 20.00 WIB.

Forum Diskusi yang digelar oleh anggota group Facebook (FB) Forwako ini memulai diskusi perdananya dengan dipandu moderator Yolvadri Riki yang menghadirkan beberapa orang pemateri dari pemerhati pariwisata Kota Bukittinggi, diantaranya Ketua Dewan Kesenian, Bukittinggi (DKB), Dedi Yerza, Dekan Fakultas Pariwisata UMSB yang juga Pemerhati Wisata, Moch. Abdi, Ketua Komisi 2 DPRD Kota Bukittinggi, Asril, pelaku pariwisata dan Seniman Kota Bukittinggi lainnya, sembari berbincang tentang berbagai hal terkait dengan atensi Pemerintah Kota Bukittinggi saat ini terhadap pelaku Seniman pariwisata seni dan budaya di Kota Bukittinggi.

Dalam kesempatan itu, Ketua DKB, Dedi Yerza menyebutkan, saat ini ruang gerak pelaku seni di Kota Bukittinggi sudah semakin sempit dan tertutup. Dalam artian tidak ada lagi perhatian dan pengayoman dari Pemerintah Kota Bukittinggi terhadap pelaku seni baik itu untuk berkumpul ataupun untuk berkarya. Walaupun demikian, hal itu tentu tidak akan menyurutkan niat kami sebagai pelaku seni untuk tetap berkarya, ujarnya.

Salah satu bukti ketidakberpihakan Pemko Bukittinggi adalah dengan dihapuskannya lokasi gedung pertunjukan seni dan budaya Medan Nan Balinduang yang sudah berdiri selama puluhan tahun, yang berada di sekitar areal pedestrian Jam Gadang. Tempat pertunjukan seni ini telah berganti dengan lokasi perparkiran, seolah - olah seni dan budaya telah kalah dengan pesatnya pembangunan pendestrian ini, ucapnya.

Menurut Dedi Yerza, minimnya perhatian pemerintah juga terlihat dengan tidak dilibatkannya Dewan Kesenian Kota Bukittinggi oleh Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi selaku leading sektor pengembangan pariwisata dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemko Bukittinggi. Dan hal ini bagi kami pelaku seni baru pertamakali kami rasakan, masih lumayan di era pemerintahan sebelumnya, karena masih memiliki atensi terhadap pelaku seni, tambahnya.

Ironisnya lagi menurut Dedi, ada salah satu group seni yang tampil di luar negeri dan notabene membawa nama Kota Bukittinggi, tapi tidak diakomodir dan diperhatikan oleh Pemko Bukittinggi, mereka berangkat dengan swadaya mereka sendiri ke luar negeri, padahal mereka mewakili nama Bukittinggi di ajang internasional, ujarnya.

Anggota DPRD Kota Bukittinggi, Asril juga menyebutkan, realita yang terjadi saat ini kita akui sebagai sebuah kemunduran sebagai kota yang mengusung ikon pariwisata. Justru itu kita harus melahirkan konsensus dalam menyikapinya. Kami dari DPRD tentu juga siap untuk menfasilitasi majunya pelaku seni dan budaya di Kota Bukittinggi untuk pengembangan pariwisata Bukittinggi di masa yang akan datang, bebernya.

Asril juga menyebutkan, Gedung Dewan Kesenian Bukittinggi itu adalah kantor DPRD Bukittinggi saat ini, semoga setelah mempunyai gedung baru nanti, gedung kesenian Kota Bukittinggi akan difungsikan kembali sebagai wadah tempat pelaku seni. Selain itu, setelah adanya diskusi ini kita berharap ada perubahan signifikan untuk Seniman dan pelaku seni sebagai Kota Pariwisata, ucapnya.

Sementara itu Pemerhati Pariwisata, Moch Abdi dalam diskusi itu juga menuturkan, selayaknya kota Pariwisata itu memang memiliki wadah untuk para seniman dan pelaku seni. Karena para seniman lah yang akan memperkenalkan seni dan budaya kota Bukittinggi terhadap pengunjung yang datang ke Kota Bukittinggi.

Dengan adanya ruang pamer atau ruang berekspresi seni diharapkan akan mampu menampung kreasi dan hasil kreativitas para seniman. Semoga hal ini menjadi perhatian pemerintah dan stake holders terkait lainnya, ucap Moch Abdi.

Sementara itu salah seorang seniman Kota Bukittinggi, Oz Gastarana juga mengatakan apatis dengan perhatian pemerintah Kota Bukittinggi terhadap pelaku seni di Bukittinggi. Menurut Oz, seolah seniman yang ada di Bukittinggi saat ini hanya lips service saja, hanya untuk pertunjukan jika ada tamu yang datang ke Kota Bukittinggi, mereka tidak diberikan wadah, ucapnya.

Dalam kesempatan itu Oz juga menyayangkan dihapusnya Medan Nan Balinduang sebagai aset oleh Pemko Bukittinggi, karena untuk pengembangan kawasan pedestrian. "Itu tempat kenangan bagi kami, karena puluhan tahun lalu, saat saya masih muda dan belajar kesenian dan budaya, ucapnya.

Sementara itu salah seorang Calon Walikota Bukittinggi, Fauzan Haviz dalam kesempatan diskusi itu juga menuturkan, jika mau menjalankan mekanisme yang ada, terutama dalam hal anggaran untuk menghidupkan kegiatan seni dan budaya bagi seniman, tentu selalu ada solusi nya.

Segala sesuatu yang menjadi kendala mendasar bagi para seniman Bukittinggi dalam berkreasi seperti wadah tempat berkumpul dan kebutuhan lainnya, akan mampu diatasi jika para seniman di Bukittinggi bersatu dan mau untuk mewujudkannya, terang Fauzan.

Kita akan berupaya mendorong pihak eksekutif dan legislatif agar segera bisa diakomodir oleh bagian penganggaran Monev Pemko ataupun di legislatif jika prosedurnya dilaksanakan, ujarnya.

Selain itu menurut Fauzan Haviz, kalau saya yang jadi Walikotanya silahkan saja para seniman mempergunakan rumah dinas yang besar itu bagi para seniman di Bukittinggi dalam berkarya, yang disambut riuhnya tepukan para peserta diskusi malam itu. (**)

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/