Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
22 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
2
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
3
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
Olahraga
18 jam yang lalu
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
4
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
Olahraga
13 jam yang lalu
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
5
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Olahraga
16 jam yang lalu
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
6
FIBA dirikan Kantor Perwakilan di Jakarta, Menpora Dito: Wujud Kepercayaan Dunia Basket
Olahraga
17 jam yang lalu
FIBA dirikan Kantor Perwakilan di Jakarta, Menpora Dito: Wujud Kepercayaan Dunia Basket
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Jokowi Sebut Driver Online Pekerjaan Masa Depan, KATO: Kami Korban Nyata Revolusi Industri 4.0

Jokowi Sebut Driver Online Pekerjaan Masa Depan, KATO: Kami Korban Nyata Revolusi Industri 4.0
Minggu, 03 Februari 2019 20:54 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Komite Aksi Transportasi Online (KATO) mendesak pemerintah untuk segera membuat regulasi revolusi industri 4.0 di sektor transportasi.

Lambannya pemerintah, dinilai menjadikan driver online atau ojek online (Ojol) sebagai korban kemajuan zaman.

Ketua presidium KATO, Yudi Arianto mengatakan, transportasi online adalah adalah contoh Revolusi Industri 4.0 dimana migrasi kepada digital economi terjadi. Hal ini berimbas pada situasi bisnis yang tentu membutuhkan peran negara dalam memberi kepastian posisi hukum termasuk soal status ketenagakerjaannya.

"Jadi saat ini masih abu-abu statusnya dan korban nyata terbesar dari Revolusi Industri 4.0 di transportasi, ya para driver online dan ojol," kata Yudi kepada GoNews.co, Minggu (3/02/2019).

"Mereka (driver online dan Ojol-red) dibilang mitra tapi semua perjanjian ditentukan sepihak oleh aplikator," Yudi menambahkan.

Persoalan kepastian hukum, kata Yudi, juga tak terlepas dari jaminan sosial yang seharusnya menjadi hak driver online dan Ojol. Saat ini, bukan perusahaan yang membayar iuran BPJS Kesehatan/Ketenagakerjaan para driver online dan ojol.

"Gembar-gembor para aplikator katanya memfasilitasi itu sebatas pendaftaran saja. Andaipun ada asuransi, itu juga driver 100% yang bayar, bukan Aplikator. Malah aplikator dapet untung dari driver!," tukas Yudi menjelaskan.

KATO, kata Yudi, dengan jumlah anggota berkisar 100 ribuan driver mobil online dan ojol, akan terus menuntut keadilan dan kepastian hukum kepada pemerintah.

Sebelumnya, dalam sebuah acara silaturahim dengan driver online di JIEXPO Kemayoran, Jakarta pada Sabtu (12/01/2019), Presiden Joko Widodo mengungkap kebanggaannya kepada para driver online dan ojol. Bagi Presiden, mereka merupakan orang-orang yang berani menembus batas ke model profesi masa depan.

"Berani keluar dari zona nyaman. Berani ke luar dari tradisi dan model pekerjaan baru, model pekerjaan masa depan. Transportasi online," kata Presiden kala itu.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Ekonomi, Pemerintahan
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/