Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ini Langkah HKTI Wujudkan "Petani Zaman Now" yang Kreatif

Ini Langkah HKTI Wujudkan Petani Zaman Now yang Kreatif
Ilustrasi. (net)
Kamis, 01 Maret 2018 06:03 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Dalam paradigma masyarakat, profesi petani selalu identik dengan ketidakberdayaan dan masa depan yang suram. Stigma ini yang ingin dihapus oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), dengan memperkenalkan profesi petani di era digitalisasi atau kerap disebut petani zaman now.

Salah satu contohnya HKTI Kabupaten Jember. Tidak hanya mampu meningkatkan produksi hasil mentah, petani saat ini juga dituntut untuk mampu mengolah hasil produksi mereka dari hulu ke hilir.

Terlebih lagi, Jember sebagai kabupaten yang didominasi oleh lahan pertanian menjadikannya sebagai salah satu lumbung pertanian nasional yang prospektif. Prospek inilah yang harus dimanfaatkan oleh seluruh petani khususnya di Jember.

Ketua HKTI Kabupaten Jember Jumantoro menegaskan, petani tidak hanya menjual bahan mentahnya saja tetapi juga mengolah dan meningkatkan nilai ekonomisnya.

“Kami bersama jajaran pengurus HKTI Kabupaten Jember ingin mendesain para petani agar bisa mandiri di bidang masing-masing," kata Jumantoro, Kamis (01/3/2018).

Selain itu, pihaknya juga menjadi wadah sharing informasi mengenai dunia pertanian, sehingga para petani bisa melek informasi dan melek teknologi. Hal tersebut sekaligus menjadi area untuk memasarkan hasil pertanian mereka.

“Petani zaman now harus kreatif, inovatif, mandiri, dan melek teknologi,” tegasnya.

Terlebih lagi di era digitalisasi, dunia maya menjadi pasar yang sangat empuk untuk memperluas pemasaran hasil pertanian. Tidak sedikit para petani modern yang memasarkan hasil produksi mereka di dunia maya.

“Saat ini pasar bisa diakses lewat internet. Karena itu kami mengajak masyarakat untuk melek teknologi, memahami pasar, serta menguatkan kelembagaan hingga ke tingkat desa,” kata Jumantoro.

Hal tersebut, lanjut dia, bisa mempermudah petani untuk menyalurkan hasil produksi mereka dan memotong mata rantai penjualan yang terlalu panjang.

“Kami menginginkan ada kerja nyata, bahwa petani ke depan bisa memberdayakan petani secara kontinyu dan berkesinambungan,” tandasnya.

Jember dengan beragam potensi pertanian dan perkebunan menjadikan prospek bisnis hasil dan olahan produk pertanian terbuka sangat lebar. HKTI Kabupaten Jember menangkap peluang tersebut dengan memberikan wadah kepada para petani agar dapat memasarkan langsung hasil olahannya kepada masyarakat luas.

Ketua Umum HKTI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mangatakan, inovasi-inovasi untuk mengembangkan teknologi pertanian akan menarik minat pemuda zaman now. Langkah dan terobosan seperti itu, menurutnya, dapat menjadi salah satu solusi untuk mengadakan regenerasi petani.

Sebagai contoh, kata dirinya, HKTI telah mengembangkan pesawat drone untuk pertanian. Drone ini sambungnya, antara lain berfungsi untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida pembasmi hama tanaman.

“Hal-hal inovatif inilah yang akan dilakukan anak muda untuk sektor pertanian. Biarkan mereka melampiaskan kreativitasnya untuk pertanian. Nanti, mereka akan mencintai pertanian,” papar Moeldoko.

“Ini bentuk komitmen HKTI untuk turut melibatkan perempuan dan pemuda secara aktif dalam bidang pertanian. Seperti diketahui, kondisi regenerasi pertanian di Indonesia cukup mengkhawatirkan,” ujar Moeldoko.

Ia mengatakan, saat ini masih banyak orang yang meragukan petani muda. “Sebagian dari kita ada yang menanyakan, masih adakah petani muda yang ingin turun ke tanah untuk bertani. Melalui tonggak sejarah inilah saya ingin memberikan sebuah kepastian masa depan, bahwa petani muda masih bisa diandalkan,” tegas Moeldoko.

Seperti diketahui, kondisi regenerasi petani Indonesia mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah petani muda di Indonesia saat ini 3.359.587, dan tiap tahun terus berkurang.

“Sementara luas lahan pertanian kita saat ini 7,78 juta hektare (Ha). Berarti harus bertani secara modern kan? HKTI harus memperkenalkan modernisasi dunia pertanian, yaitu adaptif terhadap kemajuan teknologi pertanian, namun tetap menjaga kekhasan budaya bangsa Indonesia,” jelas Moeldoko.

Namun secara umum, jumlah petani sebenarnya masih cukup banyak. BPS menyebutkan, jumlah petani pada 2013, sebanyak 31,7 juta orang. Jumlah usaha rumah tangga petani, pada 2013 hanya 26,14 juta.

“Sebenarnya secara kuantitas masih besar, tinggal bagaimana kapasitasnya ditingkatkan,” ujar Moeldoko. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/