Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
Olahraga
18 jam yang lalu
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
2
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
Olahraga
18 jam yang lalu
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
3
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
Olahraga
17 jam yang lalu
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
4
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
Sepakbola
18 jam yang lalu
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
5
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
Olahraga
18 jam yang lalu
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
6
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
Olahraga
14 jam yang lalu
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Profesor, Jabatan Tertinggi Akademik yang Masih Harus Berinovasi

Profesor, Jabatan Tertinggi Akademik yang Masih Harus Berinovasi
Pengukuhan Ketua BPK RI sebagai Guru Besar STIE Kesatuan Bogor, Selasa (6/2). (Azhari/GoNews.co)
Selasa, 06 Februari 2018 15:54 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti menyatakan jika gelar profesor yang diterima seseorang adalah jabatan tertinggi akademik. Tak lantas bersantai, profesor juga masih harus terus meriset dan membuat jurnal publikasi.

Ali Ghufron mengatakan, menurut Kemenristek No. 20, seorang profesor harus terus berinovasi. "Dalam aturan tersebut intinya begini, profesor harus terus berkarya dan membuat jurnal," katanya dalam acara pengukuhan Moermahadi Soerja Djanegara, Ketua BPK RI sebagai Guru Besar STIE Kesatuan Bogor, Selasa (6/2).

Jabatan tertinggi ini bukan lantas membuat profesor bisa berleha-leha dan menikmati kedudukannya, melainkan masih harus membuat jurnal untuk publikasi. Ali Ghufron pun menambahkan jika Indonesia memiliki praktisi pendidikan dalam jumlah banyak, namun kurang publikasi.

"Saya sempat bertanya dengan beberapa teman dosen Indonesia di luar negeri. Pertanyaannya hanya satu, apa bedanya dosen di Indonesia dan di luar? Jawabannya rata-rata sama, karena dosen di sini banyak yang mengajar, kurang meneliti," katanya.

Kembali ke peraturan Kemenristek, aturan tersebut tak lantas diterima profesor dari banyak universitas, Ia pun menerima banyak protes. Namun, Ia pun menyampaikan jika hasilnya sangat membanggakan.

"Hasilnya, Indonesia punya publikasi terindeks bagus mengalahkan Thailand, setelah 20 tahun lebih kita tak pernah dapat," tambahnya.

Sementara itu, Moermahadi Soerja Djanegara yang ditemui sesuai meraih jabatan Guru Besar pada STIE Kesatuan Bogor mengatakan apa yang akan dilakukan setelah ini.

"Seperti yang Pak Ali Ghufron katakan kita harus terus lakukan penelitian dan pengajaran, membimbing juga bagaimana teman-teman yang ingin meraih doktor atau profesor terus kita bimbing," katanya. ***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/