Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
China Juara dan Indonesia Runner Up Piala Thomas 2024
Olahraga
23 jam yang lalu
China Juara dan Indonesia Runner Up Piala Thomas 2024
2
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Sepakbola
3 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
3
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Sumatera Barat
3 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
4
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
3 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
5
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
Umum
2 jam yang lalu
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
6
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
Umum
3 jam yang lalu
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Tergerus Bisnis Online, Toko-toko Mulai tak Beriklan, Aprindo: Kalau Jor-joran Beriklan Sama Saja Bakar Duit

Tergerus Bisnis Online, Toko-toko Mulai tak Beriklan, Aprindo: Kalau Jor-joran Beriklan Sama Saja Bakar Duit
Minggu, 29 Oktober 2017 09:09 WIB
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai bahwa penambahan iklan bukanlah solusi untuk mengembalikan kejayaannya departement store. Saat ini pengusaha ritel di Indonesia memutuskan untuk menutup sejumlah gerai ritel modern. Langkah ini dilakukan di tengah persaingan dengan bisnis belanja online atau online shop yang semakin menjamur.

"Kalau kami tambah iklan, jor-joran iklan, itu (sama saja) ngebakar duit. Enggak akan balik (modal)," kata Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta dalam acara talkshow Radio Trijaya FM di Jakarta, Sabtu (28/10/2017).

Menurut Aprindo, penambahan iklan perlu dipikirkan secara matang karena sebagian besar barang yang dijual di department store atau toko serba ada (toserba) sudah diiklankan oleh produsennya. Adapun barang dengan brand milik ritel itu sendiri masih terbatas.

Sementara itu, kata Tutum, ritel online sangat membutuhkan iklan lantaran barang yang dijual tidak bisa dilihat fisiknya oleh konsumen secara langsung. Tak hanya itu, iklan juga dijadikan ajang promosi perusahaan.

"Kalau mereka kan ada sesuatu yang tujuan tertentu, (agar) nilai perusahaan itu baik, untuk institusi. Agar investornya tambah terus," kata Tutum.

Perusahaan-perusahaan e-commerce kerap mendapat suntikan dana dari para investor. Tidak hanya investor dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Oleh karena itu, promosi dinilai penting untuk menaikan nilai "jual" perusahaan.

Berdasarkan riset Adstensity, yang merupakan produk monitoring iklan televisi milik PT Sigi Kaca Pariwara, nilai iklan toserba jauh tertinggal dari ritel online atau perusahaan e-commerce.

Dari Januari-September 2017, iklan toserba di televisi mencapai Rp 40 miliar. Angka ini menurun 50 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Adapun iklan ritel online di televisi justru mencapai Rp 1,2 triliun sejak Januari-September 2017. Angka ini belum ditambah iklan di media cetak dan online yang juga aktif dilakukan oleh ritel online.

Saat ini, ritel online yang belanja iklan di televisi mencapai 16 perusahaan. Delapan di antaranya memilki nilai iklan di atas Rp 40 miliar atau lebih besar dari seluruh iklan toserba.

Sementara itu, departement store yang aktif beriklan di televisi hanya tiga, yaitu Matahari, Ramayana, dan Metro Departement Store. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:kompas.com
Kategori:GoNews Group, Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/