Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
24 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
2
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Sumatera Barat
21 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
3
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
23 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
4
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
20 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
5
Indra Sjafri Genjot Fisik Timnas U-20 Indonesia
Olahraga
21 jam yang lalu
Indra Sjafri Genjot Fisik Timnas U-20 Indonesia
6
Dewi Sandra Soroti Pentingnya Produk Halal di Brave Beauty Summit Qatar
Umum
18 jam yang lalu
Dewi Sandra Soroti Pentingnya Produk Halal di Brave Beauty Summit Qatar
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi

BI : Pemilu AS Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Rupiah

BI : Pemilu AS Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Rupiah
Pasar valuta asing relatif stabil pada pemilihan Presiden AS hari ini. (bisnis.com)
Rabu, 09 November 2016 12:30 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi pelaksanaan Pemilu Presiden Amerika Serikat tidak akan berdampak signifikan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Secara keseluruhan memang berdampak pada pasar keuangan global, tetapi dampaknya terhadap Indonesia relatif terjaga. Pasar keuangan kita, khususnya pasar valuta asing relatif stabil," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu.

Meski kurs rupiah sempat melemah saat muncul skandal surat elektronik pribadi Hillary Clinton, namun rupiah kembali menguat setelah Biro Investigasi Federal (FBI) menyampaikan pernyataan bahwa tidak ada tuntutan pidana yang dapat dikenakan kepada calon presiden dari Demokrat itu.

Situasi serupa, menurut Perry, juga mungkin terjadi setelah Presiden AS terpilih, entah itu Clinton atau Trump.

"Ini suatu dinamika yang biasa dalam nilai tukar mata uang. Dalam jangka pendek, nilai tukar selalu merespons perkembangan berita maka akan naik atau turun. Tetapi secara keseluruhan pada akhirnya nilai tukar akan bergerak sesuai fundamentalnya," kata Perry.

Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan turunnya inflasi, akan menstabilkan kembali nilai tukar rupiah.

BI terus memantau perkembangan pasar global dan jika terjadi volatilitas atau fluktuasi tinggi, bank sentral akan berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamental makro Tanah Air.

"Sejauh ini sebenarnya pasar sudah bisa menyesuaikan keseimbangan. Kami lihat ada fluktuasi tetapi saya kira ini jangka pendek," kata Perry.

Menurut Perry, Indonesia memiliki cadangan devisa besar yang tidak hanya cukup untuk menstabilkan nilai tukar rupiah tetapi juga mengantisipasi berbagai risiko antara lain pembalikan modal asing (capital reversal).

"Cadangan devisa kita lebih dari cukup dengan 115 miliar dolar AS atau 8,5 persen dari impor dan pembayaran utang luar negeri. Itu jauh mencukupi," ujarnya.

Hingga pukul 10.30 WIB, calon presiden AS Donald Trump dari Partai Republik mendominasi Pemilu 2016 dan memimpin baik dalam perolehan suara elektoral untuk pemilihan presiden maupun jumlah kursi untuk kongres.

Editor:Wie Dya
Sumber:antaranews.com
Kategori:Ekonomi, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/