https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Padang Sebagai Kota dengan Laju Inflasi Terendah Secara Nasional

Padang Sebagai Kota dengan Laju Inflasi Terendah Secara Nasional
Monumen IORA di Pantai Padang. (Humas Padang)
Sabtu, 09 Juli 2016 06:49 WIB

PADANG - Pemerintah Kota Padang melalui Kepala Bagian Perekonomian Setdako, Edi Dharma menyebut bahwa Kota Padang merupakan daerah dengan laju inflasi terendah secara nasional pada tahun ini. Dari data itu, inflasi Kota Padang pada bulan Juni yakni 0.10%. Dan inflasi pada tahun 2016 tercatat 0.22%.

Hal ini dikatakannya, Kamis (7/7/2016) setelah mendapatkan informasi inflasi terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS).

"Dari update berita resmi statistik, inflasi Kota Padang terendah di Indonesia," ujarnya.

Sementara, Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat Puji Atmoko menyebutkan, secara tahun berjalan (year to date. ytd), Sumatera Barat mengalami inflasi pada tingkat cukup rendah, 0,20 persen (ytd). Secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat pada bulan Juni berada pada level 3,23 persen (year on year/ yoy).

“Pencapaian inflasi bulanan (mtm) posisi Juni tersebut menjadikan Provinsi Sumbar sebagai provinsi dengan laju inflasi terendah secara nasional,” kata Puji Atmoko.
Dia menyebut, ditengah peningkatan konsumsi masyarakat pada bulan Ramadhan, tekanan inflasi relatif terkendali. Sementara perkembangan harga bulanan di tingkat nasional mencatatkan inflasi sebesar 0,66 persen (mtm).

Secara spasial, inflasi Sumbar disumbang oleh inflasi Kota Padang dan Bukittinggi yang masing-masing tercatat inflasi sebesar 0,10 persen (mtm) dan 0,73 persen (mtm). Inflasi tersebut menjadikan Kota Padang sebagai kota dengan laju inflasi terendah secara nasional. Sementara itu, Kota Bukittinggi berada pada urutan ke-38 (tiga puluh delapan) sebagai kota yang mengalami inflasi tertinggi secara nasional.

Komoditas kelompok barang yang diatur pemerintah (administered price) dan kelompok inti (core) menjadi sumber utama inflasi Sumbar pada Juni 2016. Komoditas kelompok barang yang diatur pemerintah dan kelompok inti tercatat masing-masing mengalami inflasi bulanan sebesar 0,38 persen (mtm) dan 0,23 persen (mtm).

Kenaikan harga pada kelompok barang yang diatur pemerintah disumbang oleh kenaikan tarif listrik yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Juni 2016 untuk tarif tegangan rendah, menengah dan tinggi serta adanya penyesuaian tarif cukai tembakau. Sementara itu, kenaikan harga kelompok inti disumbang oleh kenaikan harga minuman tidak beralkohol dan sandang sebagai dampak peningkatan permintaan masyarakat selama Ramadhan.

“Kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) justru mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,12 persen (mtm). Komoditas utama penyumbang turunnya harga komoditas kelompok pangan bergejolak di Sumbar adalah cabai merah dan beras, sebagai imbas musim panen raya di beberapa sentra produksi dan didukung oleh kelancaran distribusi,” ujarnya.

Namun, laju deflasi kelompok volatile food sedikit tertahan dengan meningkatnya harga daging ayam ras, telur ayam ras, dan gula pasir yang disebabkan oleh melonjaknya permintaan selama Ramadhan ditengah pasokan yang relatif stabil. Khusus untuk komoditas gula pasir, terdapat gangguan pasokan sebagai dampak dari penertiban distributor gula pasir yang memasarkan gula pasir tidak ber-SNI.

“Selanjutnya, tekanan inflasi ke depan diprakirakan masih akan meningkat pada Hari Raya Idul Fitri yang juga bertepatan dengan momen tahun ajaran baru kegiatan belajar mengajar,” lanjutnya.

Berdasarkan siklusnya, kebutuhan bahan pangan mencapai puncaknya menjelang lebaran. Komoditas yang perlu dicermati antara lain telur ayam ras, daging ayam ras,daging sapi, cabai merah, bawang merah dan tarif angkutan udara seiring dengan tradisi “pulang basamo” yang memberikan tekanan permintaan hingga H+40 lebaran.
Selain kebutuhan pangan, kebutuhan sandang diprakirakan juga akan meningkat seiringtradisi masyarakat dalam membeli kebutuhan sandang menjelang lebaran. Kebutuhan masyarakat di sektor pendidikan diprakirakan juga akan meningkat, bertepatan dengan momen tahun ajaran baru.

“Akumulasi peningkatan konsumsi masyarakat tersebut juga dipicu oleh peningkatan pendapatan seiring dengan penerimaan THR dan gaji ke-13 untuk PNS, TNI dan Polri,” tandasnya. (Charlie)

Editor:Calva
Kategori:Ekonomi, GoNews Group, Padang
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/