Home  /  Berita  /  GoNews Group
Melawan Lupa

Mari Bernostalgia, Ini Sejarah Ringkas Kota 'Pryaman', Eh, Pariaman

Mari Bernostalgia, Ini Sejarah Ringkas Kota Pryaman, Eh, Pariaman
Kantor Walikota Pariaman.
Sabtu, 07 Mei 2016 05:30 WIB

PARIAMAN di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1.500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan Barus. Dua sampai tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli yang dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.

Sekitar tahun 1527 datang bangsa Perancis dibawah komando seorang politikus dan pengusaha, yakni Jean Ango. Dia mengirim dua buah kapal dagang yang dipimpin oleh Dua Bersaudara, yakni Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal ini sempat memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Inderapura. Tapi anak buahnya merana terserang penyakit, sehingga catatan perjalanan Dua Bersaudara ini tidak banyak ditemukan.

Tanggal 21 Nopember 1600, untuk pertama kalinya, bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman, dengan dua buah kapal dibawah pimpinan Paulus Van Cardeen, yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan menyusul setelahnya kapal-kapal Belanda yang lain. Cornelis de Houtman yang sampai di Sunda Kelapa pada tahun 1596, dalam perjalanannya juga sempat melewati perairan Pariaman.

Pada tahun 1686, orang Pariaman (“Pryaman”), seperti yang tertulis dalam catatan W. Marsden), mulai berhubungan dengan Inggris. Sebagai daerah yang terletak di pinggir pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan dan rebutan bangsa asing yang melakukan pelayaran kapal laut beberapa abad silam. Pelabuhan (entreport) Pariaman saat itu sangat maju. Namun seiring dengan perjalanan masa, pelabuhan itu semakin sepi. Salah satu penyebabnya dengan dimulainya pembangunan jalan kereta api dari Padang ke Pariaman pada tahun 1908.

Secara historis, sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang tertua di pantai barat Sumatera, masyarakat Pariaman sangat agamis, yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang memegang teguh ajaran Islam dan rasa tanggung jawab untuk mensyiarkan agama.

Sebagai pusat penyebaran Islam di Minangkabau, Pariaman memiliki ulama terkenal seperti Syekh Burhanuddin, yang salah seorang gurunya bernama Khatib Sangko bermakam di Pulau Anso Duo, yang saat ini dikenal dengan “Kuburan Panjang”. Beliau adalah pendiri perguruan tinggi Islam pertama di kawasan pantai barat Sumatera. Dari pengikut-pengikutnya, ajaran Islam berkembang pesat ke seluruh wilayah Minangkabau dan daerah tetangga. Bahkan, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, pelaksanaan pendidikan bernuansa agama Islam telah berkembang sehingga menjadikan kota ini sebagai kota tempat memperdalam ilmu agama bagi kebanyakan pemuda yang ada di wilayah Sumatera.

Pariaman Sebagai Kota Otonom

Dengan lika liku perjuangan yang amat panjang menuju kota yang defenitif, Kota Pariaman akhirnya resmi terbentuk sebagai kota otonom pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat.

Sebelumnya, Kota Pariaman berstatus Kota Administratif (Kotif) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1986 dan menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman sekaligus ibukota kabupaten. Kotif Pariaman diresmikan pada tanggal 29 Oktober 1987 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam dengan Walikota Administratif pertamanya Drs. Adlis Legan. Perjuangan untuk mendirikan Kotif inipun cukup berat. Namun berkat kegigihan Bupati Padang Pariaman pada masa itu, H. Anas Malik, Kotif Pariaman akhirnya dapat diwujudkan.

Walikota dan Wakil Walikota Pariaman (Sejak Tahun 1987 s/d sekarang)

Drs. Adlis Legan (1987 – 1993).
Drs. Martias Mahyuddin, M.Sc (1993 – 1998).
Drs. Firdaus Amin (1998 – 2003)
Drs. Sultani Wirman (Agustus s/d Oktober 2003)
H. Nasri Nasar, SH dan Ir. Mahyuddin (2003 – 2008)
Ir. Mahyuddin (22 Februari 2007 s/d 9 Oktober 2008).
Drs. H. Mukhlis R, MM dan Helmi Darlis, SH,S.pN (2008 – 2013).
Drs. H. Mukhlis R, MM dan DR. Genius Umar, S.Sos. M.Si (2013 – 2018).
Pasangan Walikota dan Wakil Walikota Pariaman, Drs. H. Mukhlis R, MM dan DR. Genius Umar, S.Sos, M.Si merupakan pasangan yang dipilih langsung oleh masyarakat melalui Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada) tanggal 4 September 2013. Keduanya diusung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pasangan ini resmi dilantik oleh Gubernur Sumatera Barat Bpk. Irwan Prayitno, atas nama Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Oktober 2013, yang berlangsung dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Pariaman. Pelantikan ini dihadiri sejumlah undangan seperti Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman, bupati/walikota se-Sumatera Barat, para pejabat pemprov dan pemko serta tokoh-tokoh masyarakat. (***)

Editor:Calva
Sumber:Pariamankota.go.id
Kategori:Pariaman, GoNews Group, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/