Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dikalahkan Uzbekistan, Timnas U 23 Indonesia Masih Ada Peluang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
10 jam yang lalu
Dikalahkan Uzbekistan, Timnas U 23 Indonesia Masih Ada Peluang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
2
Berpeluang Raih Norma Grand Master, Aditya Butuh 1 Poin Kemenangan
Olahraga
13 jam yang lalu
Berpeluang Raih Norma Grand Master, Aditya Butuh 1 Poin Kemenangan
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Umum
Mengenang dr Achmad Mochtar (Bagian 1)

Ilmuwan Pertama Sumatera Barat yang Menjadi Direktur Lembaga Sain dan Riset Eijkman

Ilmuwan Pertama Sumatera Barat yang Menjadi Direktur Lembaga Sain dan Riset Eijkman
Senin, 31 Agustus 2015 23:34 WIB
Penulis: .
JAKARTA, GOSUMBAR.COM - dr Achmad Mochtar, namanya tertelan hiruk pikuk zaman. Perjuangannya tak mengangkat senjata namun melalui ilmu pengetahuan meski harus menyerahkan nyawa agar rekan-rekannya selamat. Nahas!

Namanya mungkin tak setenar nama-nama pahlawan yang menjadi nama-nama jalan protokol di ibu kota dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Namun perjuangannya tak bisa dinafikan.

Dialah dr Achmad Mochtar, orang Indonesia pertama yang menjadi Direktur Lembaga Eijkman, lembaga sains dan riset di bidang biologi molekuler pertama di Indonesia yang didirikan sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1888.

Di lembaga yang namanya diambil dari nama penerima Nobel bidang kesehatan tahun 1929, Christiaan Eijkman ini, dr Achmad Mochtar diangkat menjadi Direktur Institut Eijkman (nama Lembaga Eijkman saat itu) pada tahun 1942.

Pada tahun 1942, penjajah Jepang mulai masuk ke Indonesia, menangkapi orang-orang berkebangsaan Belanda termasuk direktur Lembaga Eijkman pada masa itu yang bernama WK Martens, yang kemudian meninggal akibat beri-beri saat berada dalam penyekapan militer Jepang, demikian dilansir dari Wikipedia yang bersumber dari ScienceMag dalam artikel "HISTORY OF SCIENCE Righting a 65-Year-Old Wrong".

dr Achmad Mochtar terlahir di Sumatra Barat tahun 1892, dan lulus dari sekolah kedokteran STOVIA tahun 1916. Dia kemudian mengambil 2 tahun penempatan wajib di klinik terpencil di Panyabungan Sumatera Utara (Sumut). Di Sumut bertemu dengan WAP Schuffner, peneliti mikroskopik longitudinal pertama pada parasit malaria.

Berkat pengaruh Schuffner, administrasi kolonial Belanda di Indonesia (saat itu disebut Netherlands East Indies) memberangkatkan Mochtar ke Universitas Amsterdam untuk meraih gelar doktor.

Dalam tulisan tesisnya tahun 1927 dia menulis soal leptospira, di mana saat itu sebagian besar menyangkal bahwa leptospira menyebabkan demam kuning. Promotor utamanya adalah Hideyo Noguchi, ahli mikrobiologi Jepang yang pada tahun 1911 membuktikan bahwa ada jenis spirochete merupakan penyebab neuropati syphilis.

Mochtar kembali ke Indonesia dan melanjutkan penelitian mengenai leptospirosis sebelum bergabung dengan fasilitas penelitian biomedis terbaik, the Central Medical Laboratory di Indonesia tahun 1937, yang pada tahun 1938 namanya berubah menjadi Institut Eijkman.

Menjadi direktur lembaga sains yang didirikan Belanda saat Indonesia berada dalam masa transisi ke dalam tangan Jepang bukanlah hal yang mudah. Namun dr Achmad Mochtar mengambil tanggung jawab itu dengan gagah.

Tanggung jawab itu mesti ditebus dengan nyawanya sendiri yang akhirnya harus diserahkan ke penjajah Jepang yang membunuhnya dengan keji. ***

Sumber:detik.com
Kategori:Sumatera Barat, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/