Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
China Juara dan Indonesia Runner Up Piala Thomas 2024
Olahraga
22 jam yang lalu
China Juara dan Indonesia Runner Up Piala Thomas 2024
2
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Sepakbola
2 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
3
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Sumatera Barat
3 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
4
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
2 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
5
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
Umum
2 jam yang lalu
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
6
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
Umum
1 jam yang lalu
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Harga Daging Mahal, Pemprov Sumbar Tuding Program SPSS yang Gagal

Harga Daging Mahal, Pemprov Sumbar Tuding Program SPSS yang Gagal
Rabu, 12 Agustus 2015 20:04 WIB
Penulis: Hermanto Ansam
PADANG, GOSUMBAR.COM - Program Satu Petani Satu Sapi (SPSS) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang bertujuan membantu kebutuhan para petani, dinilai gagal.

Menurut Muslim Kasim selaku Wakil Gubernur Sumbar, meski di sejumlah kota di Indonesia mengalami kekurangan stok daging sapi dan tingginya harga, namun di Sumbar, pedagang masih tetap berjualan. ''Harga daging di beberapa pasar di Sumbar bervariasi. Yang tertinggi Rp 125 ribu per kilogram, dan ada juga yang normal Rp 100 ribu per kilogram,'' ujarnya, Rabu (12/11), di Sumbar.

Tingginya harga daging sapi di pasar merupakan bentuk kegagalan program SPSS yang diterapkan. Ke depan, jelas Kasim, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar akan mengevaluasi progran SPSS itu, agar hal yang terjadi saat ini, bisa teratasi.

''SPSS itu bertujuan membantu petani, tapi dengan kondisi seperti itu, petani masih saja kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup,'' tegas Kasim.

Sementara itu, salah seorang pedagang daging sapi di Kota Padang, Asam Basri (47) mengatakan, tingginya harga daging berdampak dengan menurunnya minat pembeli hingga 40 persen. "Jika dilihat pada hari biasanya, sebelum ada kenaikan harga daging, setiap harinya bisa menjual daging sapi 3-4 ekor sapi. Tapi sekarang tidak, sepertinya ibu-ibu lebih membeli ayam potong, ketimbang membeli daging," imbuhnya. ***

Sumber:jitunews.com
Kategori:Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/